Wednesday, December 26, 2012

[Bukan] Selesai...

Blog ini beneran mati suri...

Liat last post, dan ternyata tulisan terakhir gw tentang puasa...
5 bulan belakangan, gw pake buat puasa nulis juga ternyata.

Menumpuknya hal yang harus dikerjakan dan menumpuknya rasa malas pada akhirnya berhasil buat gw vakum menulis. Sungguh membuat gw menarik napas panjang.

Anyway, ini sudah akhir tahun.
Resolusi?
Tampaknya masih jauh dari kata "tercapai".

Tapi melihat kebelakang, banyak banget yang seharusnya patut disyukuri.
Banyak. Banyak banget.
Dan gw gak menyesal.

2013 cuma sebuah tahun yang baru. Kalender lama kita tutup, dan biarlah kita tutup dengan perasaan bangga.
Bangga bahwa kita cukup kuat untuk lewati semua.
Dan resolusi baru dimulai. Sebuah langkah yang menatap kedepan.

Dan lembaran baru kembali kita buka.
Ini bukan akhir, tapi awal,
Ini belum selesai, tapi baru dimulai.

Dan tahun-tahun terbaik sudah menunggu di depan.
Ya, gw siap...


Tuesday, July 31, 2012

Iman Mereka Kayaknya Gak Tipis Deh!

Ah lama gak nulis di blog...
Berbulan-bulan tampaknya blog ini sepi gak ada penunggunya.
Banyak alasan memang, tapi biarlah itu jadi alasan. Karena gue sadar betul bahwa alasan gak akan membawa kita kemana-mana. Alasan cuma jadi tameng atas kesalahan yang mungkin memang kita lakukan dengan sengaja. Jadi, biarlah alasan menjadi alasan. Maaf ya blog ini jadi seperti mati suri.

Tapi gue akan usahakan untuk rajin nulis lagi kok. Hehe.

Mengakhiri bulan ini banyak hal yang gue pikirin sih. Sudah lebih dari setengah tahun lewat. Terus apa yang udah gue lakukan? Berapa banyak resolusi yang udah tercapai? Sudahkah gue bertambah dewasa semenjak awal tahun kemarin?

Ah, rasanya waktu cepet banget berlalu ya. Kayaknya baru kemarin deh gue mikirin mau ngapain aja di tahun 2012 nanti. Kayaknya baru kemarin membuat list panjang refleksi akan tahun 2011 yang akan berakhir. Sekarang, udah lewat tengah tahun 2012 aja. Bener-bener gak terasa sama sekali.

Apapun itu, bulan-bulan ini adalah bulan yang cukup menyenangkan bagi gue. Kenapa? Karena sebentar lagi lebaran!! Yeay!!

Bukan, gue memang gak merayakan lebaran. I'm not a moslem. Tapi gue suka banget sama lebaran. Selain karena Jakarta akan lenggang karena banyaknya orang Jakarta yang kemudian mudik ke kotanya masing-masing, lebaran itu identik sama ketupat dan rendang. I love those foods SO MUCH! Gue bisa makan makanan itu berhari-hari tanpa bosen. Salah satu makanan favorit yang gak akan gue tinggalkan.


Bicara tentang lebaran, selalu kita gak bisa lepaskan sama ibadah yang biasa dilakukan umat muslim, yaitu ibadah puasa. Setiap kali bulan puasa, gue selalu geregetan. Bukan geregetan sama yang puasa, justru gue geregetan banget sama orang-orang yang gak puasa.

Gak dimana juga, orang-orang yang gak puasa sebisa mungkin menghindari makan dan minum di depan orang yang puasa. Ya, gak salah sih memang. Tapi kalo alesannya buat menghargai orang muslim, buat gue kok agak bodoh ya?

Gini, puasa itu dijalanin setiap tahunnya. Selain mereka diajarin tahan lapar dan haus, mereka juga diajarin untuk menahan hawa nafsu mereka. Secara gak langsung, mereka diajar untuk gak cepet celamitan pas liat orang lain makan dan minum di depan mereka.

Paling risih sebenernya liat ormas-ormas yang mengaku sebagai pembela, tapi secara paksa menutup rumah-rumah makan karena dianggap menggoda iman umat muslim yang berpuasa.

Ayolah, iman mereka gak setipis itu kali!

Gak perlulah kita menahan makan dan minum kita di depan orang yang puasa. Justru dengan tetap menjadi apa adanya kita, yang bisa makan dan minum dengan leluasa, kita menghargai mereka yang puasa. Betul gak?

Dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasa, termasuk makan dan minum, di depan orang yang berpuasa artinya kita sadar bahwa ia tidak mudah tergoda dan bisa melanjutkan puasanya dengan baik. Dengan cara seperti itu, menurut gue, kita menghargai mereka. Kita tidak menganggap iman mereka lemah, tapi sebaliknya dapat mampu menghadapi kondisi-kondisi seperti biasanya.


So, hargailah mereka yang berpuasa. Bukan dengan tidak makan dan minum di depan mereka, tapi dengan cara melakukan aktivitas seperti biasa di depan mereka. Kalau masih ketemu orang-orang yang sebegitu menutup makanan dan minumannya karena ada yang puasa, bilang aja gini: "iman mereka kayaknya gak tipis deh!"

Selamat berpuasa bagi teman-teman yang menjalankan.. Proud of you all guys.

Gambar diunduh dari sini

Tuesday, June 26, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Takdir #2


Berbicara mengenai takdir, saya selalu teringat akan satu tokoh yang amat menginspirasi saya semenjak beberapa tahun belakangan ini. Saya memang tak pernah bertemu muka dengan muka , namun saya sangat berharap dapat belajar secara langsung dari sosok yang menjadi tokoh inspirasional dunia tersebut.

Ia memang berbeda. Bukan karena telah menciptakan hal-hal yang spektakuler ataupun bergaya mewah dan glamor, ia berbeda secara harafiah. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menyadari kekurangan yang ada pada fisiknya. Ia dilahirkan tanpa anggota tubuh yang lengkap. Ia adalah Nick Vujicic yang kini menjadi pembicara dan motivator terkenal di dunia karena cerita mengenai hidupnya.


Gambar diunduh dari sini


Darinya saya belajar, "actually we had our own fate from the past, but we can decide our fate in the future by decide how you accept yourself and act differently to change it."

Seorang yang lahir tidak sempurna. Takdir masa lalunya yang menjadikan dirinya seperti itu. Tak ada yang bisa dilakukan. Tak ada yang bisa diubah. Beberapa kali Nick masih menyatakan bahwa ia masih ingin merasakan hidup dengan anggota tubuh normal selayaknya orang lain di luar sana. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya berjalan dengan kaki dan menulis dan melakukan aktivitas lainnya dengan menggunakan tangan.

Bukankah kita mempunyai cerita yang mirip dengan Nick? Mungkin kita dilahirkan dengan anggota tubuh yang lengkap. Kita masih dapat berjalan dan beraktivitas layaknya orang normal lainnya. Namun, bukankah kita sama bahwa ada bagian dalam masa lalu kita yang tidak bisa kita ubah? Ada takdir yang memang direncanakan Tuhan untuk kita menjalaninya? Bagi Nick, takdir yang tidak bisa ia ubah adalah kenyataan bahwa ia lahir tidak sempurna. Kita? Anda dan saya masing-masing punya takdir seperti itu, bukan? Takdir yang memang direncanakan untuk kita terima dan jalani tanpa dapat dikompromikan sebelumnya.

There are some things in life that are out of our control that we can't change and we have got to live with. The choice that we have, though, is either to give up or keep on going.

Gambar diunduh dari sini


Banyak hal dalam hidup kita yang tidak bisa kita pilih sebelumnya. Semua masa lalu kita yang menjadikan kita menjadi seperti sekarang ini. Namun masa depan kita adalah hasil dari apa yang kita putuskan hari ini. Apa yang ingin kita putuskan? Menyerah karena takdir yang membawa kita seperti sekarang ini dan terlalu sulit untuk bisa kita ubah? Atau memilih untuk terus berjuang menciptakan takdir yang indah bagi masa depan kita?

Saya menulis ini bukan untuk mengatakan bahwa saya mengerti apa yang Anda rasakan. Saya mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya berada dalam sebuah takdir yang tak dapat Anda hindari sekarang ini. Saya menulis ini hanya untuk mengatakan bahwa ini bukanlah sebuah akhir. Hidup yang kita jalani sekarang bukanlah akhir.

It's just only the beginning.

Kita semua hidup dengan sebuah takdir di tangan kita. Takdir yang tak bisa kita ubah. Namun, tetap membiarkan hidup dalam takdir yang sama dan tidak mencoba untuk membuat hidup kita lebih baik adalah sebuah kebodohan dan kesia-siaan dalam hidup. Build your own future fate. Find your destiny in your life.

Mengutip kata-kata dalam film animasi Brave garapan Pixar dan Disney, bahwa fate actually already within us. The question next is, are we brave enough to see it and believe?

Percayakah kita bahwa kita bisa merubah takdir kita di masa depan? Beranikah kita untuk percaya bahwa masih banyak hal-hal besar yang dapat kita lakukan? Dan pertanyaan terakhir, maukah kita melakukan hal-hal yang tidak biasa untuk mengubah takdir kita di masa depan?

Nick Vujicic adalah bukti nyata dunia bahwa takdir masa lalu tidak menjadi alasan untuk kita dapat merubah takdir masa depan kita. Keterbatasannya tidak menjadikan Nick sebagai orang yang menutup diri dan menyalahkan keadaan. Sebaliknya, ia dapat mengatasi semuanya itu dan menjadi sosok diri yang lebih baik.

Tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah. Dan pilihan masih terpampang jelas di hadapan kita.

...because you can have a better fate than that you have right now.


Tuesday, June 19, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Takdir #1


"If you have a chance to change your fate, would you?"

Gambar diunduh dari sini

Kata-kata tersebut saya dapatkan dalam trailer sebuah film animasi yang tampaknya akan meraih sukses di masa perputarannya. Saya merasa bahwa kata-kata tersebut begitu bermaknanya untuk saya telaah dan renungkan sepanjang beberapa hari ini. Beberapa pemaknaan baru akan hidup hadir ketika saya meluangkan waktu untuk merenungkan hal-hal tersebut. Mengenai takdir, dan mengenai hidup.

Banyak orang merespon pertanyaan tersebut kepada saya dengan jawaban-jawaban "I wouldn't", "It's a privilege born with this fate", "I'm satisfied enough".  Saya tidak mengerti mengapa mereka menjawab hal-hal demikian. Apakah mereka cukup puas dengan keadaan hidupnya dan merasa bahwa hidupnya telah memberikan arti yang signifikan? Apakah mereka begitu saja menerima takdir yang ada di depan mereka?

Tampaknya banyak orang masih salah kaprah dengan pertanyaan tersebut. Mereka menganggap bahwa takdir adalah masa lalu yang menjadikan setiap mereka seperti sekarang ini. Bagi saya, jika takdir didefinisikan sebagai hal tersebut, saya juga merasa puas dengan kondisi saya. Tak sedikitpun bagian dari diri saya yang ingin saya rubah dalam masa lalu saya.

But life is supposed to live forward, right?

Kita memang tidak bisa mengubah masa lalu, namun jelas kita bisa memilih masa depan kita. Our future is not a fate, it's in our decision. Jika kita tahu bahwa masa depan kita tidak akan berjalan dengan baik jika kita terus menerus menjadi diri kita seperti yang sekarang, akankah kita merubahnya?

Itulah inti pertanyaan saya di awal tulisan ini. "If you have a chance to change your fate, would you?"

Saya tidak dapat bayangkan apa jadinya negeri ini jika mereka para pengubah sejarah memilih untuk menerima semua yang telah ditakdirkan tanpa berusaha membentuk takdir mereka sendiri.

Saya tidak dapat bayangkan Indonesia tanpa Ki Hajar Dewantara. Jika beliau menerima takdir bahwa pendidikan memang tidak bisa diperjuangkan di negeri ini, maka tidak akan pernah ada jenjang sekolah tinggi yang membuat kita cerdas seperti sekarang ini. Beliau amat memperjuangkan sebuah konsep Taman Siswa agar anak-anak Indonesia ketika itu dapat mengenyam pendidikan yang setidaknya dapat mencerdaskan mereka. Beliau amat memegang teguh bahwa pendidikanlah tonggak dasar sebuah bangsa.

Apa jadinya jika Ki Hajar Dewantara menolak berjuang untuk takdir masa depan pendidikan indonesia?

Gambar diunduh dari sini

Saya juga tidak dapat bayangkan Indonesia tanpa lahirnya R.A. Kartini. Beliau tumbuh besar dalam sebuah takdir yang penuh dengan pertentangan dimana strata kaum wanita berada di bawah kaum pria. Beliau menolak untuk diam. Kegerakan untuk menyamakan strata pria dan wanita masih terdengar hingga kini. Emansipasi wanita yang ia perjuangkan memberi dampak bagi seluruh kaum wanita di Indonesia.

Apa jadinya jika R.A. Kartini menolak berjuang demi takdir wanita Indonesia?

Gambar diunduh dari sini

Begitu banyak orang yang masih merasa bahwa hidup itu harusnya mengalir seperti air. BODOH! Kita belajar bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Jika hidup kita mengikuti prinsip air, maka hidup kita akan terus menuju pada pemaknaan yang lebih rendah.

Ikan berenang melawan arus air. Layang-layang terbang melawan arus angin. Karena semua yang terbawa arus adalah hal yang mati. Begitu pula hidup kita. Jangan pernah merasa bahwa hidup kita harus mengikuti sebuah arus bernama takdir.

Ubah hidupmu. Tentukan takdirmu sendiri. Karena tak ada satupun orang hebat yang berhasil karena mengikuti takdir. They build their own fate.

Now, for the last time, I remembered you once again with this question: "if you have a chance to change your fate, would you?"


Gambar diunduh dari sini

Tuesday, June 12, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kematian



Beberapa hari silam cukup menjadi hari yang kelabu bagi seorang yang saya kenal dengan sangat baik. Ia didiagnosa dokter memiliki tekanan darah tinggi atau biasa disebut hipertensi di usianya yang masih amat muda. Fakta mencatat bahwa hipertensi merupakan "the silent killer" karena dapat berisiko tinggi bagi kesehatan namun tanpa adanya gejala-gejala yang signifikan. Hipertensi sendiri dikatakan sebagai faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit mematikan lainnya. Fakta-fakta inilah yang kemudian menjadikan hari-hari teman saya menjadi terlihat kelabu.


gambar diunduh dari sini


Ia takut mati.

Masa mudanya baik-baik saja selama ini. Ia ceria, banyak berteman, hidupnya sama sekali tidak terlihat banyak memiliki beban. Namun ketika hasil diagnosa dinyatakan tepat, ia tak lagi bersikap seperti biasa. Tak ayal ia tertekan karena kenyataan pahit tersebut. Ini bukan penyakit biasa yang secara medis mudah untuk disembuhkan. Butuh gaya hidup yang benar-benar jauh berbeda dari apa yang selama ini ia jalankan.

Fakta mengenai kematian memang selalu menyedihkan. Tak ada satupun manusia di dunia bisa menebak kapan harinya akan tiba. Hari dimana sebuah nafas tak lagi dapat dinikmati, sebuah hari tak lagi akan berganti. Kita bicara mengenai akhir dan hampir semua orang menghindari perbincangan mengenai akhir dari kehidupan, namun tidak dengan teman saya ini. Pada akhirnya, ia banyak berbincang mengenai topik terkait kematian.


gambar diunduh dari sini

Baginya kematian hanyalah sebuah fase dalam rangkaian kehidupan yang harus kita jalani. Sama seperti kita melewati masa kanak-kanak, kemudian menjadi remaja, dan menjadi orang dewasa dengan segala tanggung jawabnya, kematian juga merupakan fase yang pasti akan dilewati oleh setiap kita. Bedanya ialah tidak ada satu orangpun yang tau bagaimana ia akan melewati fase tersebut. Ia takut dengan kematian, awalnya. Hingga ia belajar tentang kehidupan.

Once you learn how to die, you learn how to live.

Kata-kata Morrie Schwartz itu muncul begitu saja. Pembelajaran mengenai kehidupan dimulai sebenarnya ketika kita belajar mengenai kematian. Andai kita tahu secara pasti kapan kita meninggalkan dunia ini, kita akan melihat kehidupan dengan sangat berbeda. Amat berbeda.

If we accept the fact that we can die at any time, we'd lead our lives differently.

Teman saya tersebut kemudian menceritakan bagaimana ia mengubah pola hidupnya, tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi masa depannya. Pernahkah kita berpikir demikian? Menjaga kesehatan kita semenjak dini untuk masa depan kita? Untuk istri atau suami kita? Untuk anak-anak kita? Masih maukah kita melihat perkembangan anak kita suatu saat nanti? Menikmati hari tua bersama dengan cucu kita? Jika ya, pandanglah kesehatan dalam kehidupan dengan cara yang berbeda.

Topik mengenai kematian membawa banyak sekali perubahan atas apa yang teman saya lakukan kepada dirinya. Ia kini tak lagi tertekan dengan kondisi penyakitnya tersebut. Sebaliknya, ia belajar bagaimana mengelola kehidupan agar menjadi lebih baik. Ia telah belajar bagaimana menerima kematian sebagai sebuah fase yang akan terjadi dalam hidupnya, sehingga ia dapat belajar bagaimana sebuah kehidupan yang penuh arti dapat membawa kebahagiaan di masa depannya.

"Dying is just one thing to sad about," katanya pelan. "Living unhappily, that's another matter."

Ia memilih untuk melanjutkan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. Ia memilih untuk terus berkutat dengan mimpi dan passion dalam dirinya untuk kegerakan anak-anak muda Indonesia.

Dan kematian baginya adalah sebuah pembelajaran. Tak kurang, tak lebih. Pembelajaran untuk kita bisa melihat kehidupan secara lebih baik. Lebih bermakna. Dan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan sedang menunggu di depan sana...


gambar diunduh dari sini



Monday, June 11, 2012

Gue Udah Buat Apa?


Gue lahir tahun 89. Oktober tahun ini umur gue akan genap 23 tahun. Umur yang masih tergolong muda memang, tapi entah kenapa gue merasa gak puas sama hidup gue sekarang. Bukan karena gue hidup kekurangan dan malah menyalahkan kondisi, tapi gue merasa hidup gue masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Gue merasa bahwa gue bisa melakukan lebih dari apa yang udah gue lakukan sampai sekarang ini. Malahan gue merasa belum buat apa-apa. Belum memberikan kontribusi apa-apa.

Beberapa tahun belakangan ini gue baru jatuh cinta sama Indonesia. Ya, rasa cinta gue sama negeri ini masih seumur jagung. Pernah ada suatu masa dimana gue gak bangga tinggal Indonesia. Siapa bisa bangga tinggal di negara yang terkenal korup, sarang teroris, tingkat kemiskinan yang tinggi, politik kotor, ngakunya Bhinekka Tunggal Ika tapi gak menghargai perbedaan. Siapa yang bisa bangga sama itu semua?

Tapi semua paradigma itu berubah 180 derajat. Gue lupa kapan pastinya, tapi gue inget jelas waktu hati gue terbakar semangat saat baca buku Nasional.is.me yang dikarang @pandji. Menurut gue buku itu jadi suplemen lengkap banget buat gue untuk jatuh cinta lebih dalam sama Indonesia. Gue akhirnya sadar bahwa negeri ini masih punya harapan gede banget untuk berubah dan berkembang ke arah yang jauh lebih baik.

gambar diunduh dari sini

Sejarah mencatat bahwa perubahan besar selalu diinisiasi oleh anak muda. Perjuangan yang digagas pahlawan masa lampau juga karena pemuda. Intinya pemuda punya kekuatan yang sebegitu dahsyat untuk dapat membuat perubahan dan juga perkembangan suatu negara.

Gue mikir, 23 tahun hidup gue udah buat apa untuk negeri ini? Seenggaknya apakah gue udah buat sesuatu buat banyak orang? Atau gue terlalu sibuk sama diri sendiri sampai lupa kasih kontribusi apapun? Sebegitu egoiskah diri gue?

Selama perjalanan, gue pernah bertemu orang-orang hebat yang menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk melakukan lebih dari apa yang selama ini mereka lakukan. @alandakariza adalah salah satunya. Penulis buku terbaru dream catcher ini baru berusia 21 tahun! Kecintaannya dalam dunia menulis memampukan Alanda menerbitkan buku pertamanya pada umur 14 tahun. Ia juga memprakarsai kegerakan @IndonesianYouth dimana menjadi wadah aspirasi pemuda Indonesia yang rindu menciptakan perubahan di Indonesia. Komunitas sosial The Cure For Tomorrow yang berdiri di tahun 2006 juga hasil dari buah pikirannya. Seorang yang luar biasa buat gue. Dia juga pacar dari comic stand-up favorit gue, @adriandhy.

(@alandakariza) gambar diunduh dari sini

@imanusman menjadi pendiri Indonesian Future Leaders (IFL) ketika usianya masih 18 tahun. Hingga kini IFL menjadi salah satu komunitas pembawa inspirasi terbaik bagi ratusan bahkan ribuan anak muda di seluruh Indonesia untuk dapat menciptakan bahkan memimpin sebuah perubahan. Akhir tahun ini Iman akan berusia 21 tahun, namun penghargaan yang ia terima atas ide dan perubahan yang ia buat telah melebihi usia fisiknya. Tidak hanya penghargaan dari dalam negeri, Iman juga telah mendapat beberapa penghargaan dari luar negeri sebagai salah satu pemuda yang menjadi inspirator perubahan terbaik di negeri ini.

(@imanusman) gambar diunduh dari sini

Gak hanya di bidang pendidikan dan sosial, bidang wirausahapun sekarang ini banyak dirambah oleh kalangan muda. @bongchandra adalah salah satu wirausaha sekaligus motivator yang gue kagumi hingga sekarang. Semangatnya untuk membangun para anak muda dan banyak orang lainnya untuk berani memulai usaha menjadi poin penting mengapa ia sukses. Di usianya yang ke 22 tahun, ia berhasil membangun proyek perumahan seluas 5 hektar dengan nilai investasi Rp 180 Milyar. Selain itu, ia juga telah menulis 2 buku yang sangat memotivasi para pembaca untuk berani melakukan perubahan dalam hidupnya dan hidup sukses. Kini Bong Chandra baru berusia 25 tahun, namun ia telah memotivasi puluhan ribu orang baik di Indonesia maupun manca negara dengan ide-ide kreatif dan pengalamannya yang luar biasa.

(@bongchandra) gambar diunduh dari sini

Jika ditelaah lebih jauh lagi, masih banyak banget anak-anak muda yang telah memberi kontribusi nyata gak cuma sama banyak orang, tapi juga buat negara ini. Lantas, apa yang jadi perbedaan sebegitu signifikannya antara gue, lo dan mereka? Gue percaya Tuhan sama-sama kasih potensi dan talenta yang sebegitu luar biasanya kepada semua umat manusia. Gak ada satu orang yang dikasih potensi lebih gede dibanding yang lain. Gue percaya semua dikasih potensi dalam takaran yang sama, seukuran bibit.

Ya, buat gue Tuhan udah kasih bibit potensi ke kita semua saat kita dijadikan. Tapi yang jadi pertanyaan, bibit itu kemudian kita apakan? Gue yakin mereka yang berhasil di masa mudanya adalah mereka yang menemukan cara yang tepat untuk menumbuhkan bibit potensi dalam hidup mereka. Bukan berarti kita gak bisa seperti mereka. Kita bahkan bisa melakukan lebih dari apa yang mereka buat. Pertanyaannya: kita mau gak? Kalo mau, ayo cari cara supaya bibit potensi itu tumbuh besar dan lakukan sesuatu dengan itu. Buat kontribusi nyata. Cuma itu kuncinya.

Oleh karena pemikiran itu, gue merasa gak puas sama hidup gue. Banyak orang yang secara umur masih dibawah gue tapi kontribusi yang dia lakukan bagi banyak orang udah jauh lebih banyak daripada apa yang gue lakukan. Sejujurnya gue malu. Malu karena sampai sekarang sedikit banget hal yang gue kerjain untuk orang lain, terlebih buat negeri ini. Gue sangat merasa terbakar menumbuhkan bibit potensi gue agar bisa memberikan kontribusi nyata buat banyak orang. Buat Indonesia.

Gue rasa belum terlambat mengubah semuanya ini. Umur gue masih panjang dan masa muda gue belum habis. Gue masih bisa melakukan sesuatu dan ciptakan perubahan. Gue yakin gue bisa, dan gue mau. Gak ada alasan buat gue gak melakukan sesuatu buat Indonesia karena gue bener-bener jatuh cinta sama negeri ini. Gue juga mau tunjukkin ke dunia bahwa Indonesia masih punya harapan. Negeri ini masih punya peluang untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Dan semuanya itu harus dimulai dari pemuda.

Ya, dimulai dari lo dan gue. Pemuda Indonesia.

Sedikit mengutip kata-kata Bung Hatta: "Hanya ada satu negara yang menjadi negaraku. Ia tumbuh melalui perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku."

(@frankie70172) koleksi foto pribadi







<< Pemuda penginisiasi perubahan bagi Indonesia selanjutnya


Tuesday, June 5, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #3


Dalam sebuah acara, sempat saya ditanyakan sebuah pertanyaan yang membuat saya merefleksikan diri saya. Kira-kira bentuk pertanyaannya seperti ini: "Jika kita meninggal hari ini dan diberi kesempatan kedua untuk hidup kembali saat itu juga, apa yang ingin kita perbaiki?"

Kematian bagi banyak orang merupakan hal yang menakutkan. Terlepas dari apa kepercayaan Anda dan saya mengenai dunia setelah kehidupan, mengenai keberadaan surga ataupun neraka, mengenai kehidupan kembali, dan lain sebagainya, kematian merupakan topik yang seringkali dihindari oleh banyak orang. Kematian merupakan fase yang siapapun tak ingin cepat-cepat sampai disana. Bahkan orang yang paling rohani pun -- jika dapat -- ingin masuk surga tanpa harus melewati fase bernama kematian.

Namun, pertanyaan tersebut membawa saya kepada sebuah perenungan, apakah saya telah menemukan apa yang benar-benar saya inginkan dalam hidup saya? Sudahkah saya berdamai dengan diri saya sendiri? Bagaimana relasi saya dengan keluarga inti saya? Sudahkah waktu saya dipakai untuk mendekatkan diri pada mereka? Atau saya terlalu sibuk dengan dunia saya sendiri tanpa memerdulikan mereka? Bagaimana relasi saya dengan teman-teman saya? Apakah mereka akan kehilangan jika saya meninggal, atau hanya bersikap biasa saja?

Berpuluh-puluh pertanyaan terlintas begitu saja dalam sebuah perenungan. Saya tidak mengerti mengapa, tapi satu hal yang jelas saya tahu bahwa kehidupan tidak memiliki tombol "return". Keputusan kita adalah tetap berada di posisi kita sekarang atau memilih untuk berubah, memperbaiki setiap hal yang "rusak" di masa lampau.

I know that we can't go back in the past to do something right in that time, but all I know is we surely can decide to do something to fix it all in this time.

All you have to do is just decide…

Kembali pertanyaan awal, apa yang ingin kita perbaiki jika kita memiliki kesempatan kedua? Pikirkan baik-baik. Bagaimana jika itu terjadi sungguhan dalam kehidupan kita secara tiba-tiba? Siapkah kita?

Sebuah kesempatan kedua sebenarnya kita peroleh setiap pagi dalam hidup kita. Saat kita kembali membuka mata untuk melihat dunia, itu adalah kesempatan baru bagi kita. Kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru dan saat untuk memperbaiki yang lalu. Tak ada kesempatan baru yang lebih baik daripada kesempatan yang kita dapat setiap pagi. Tak ada kesempatan yang lebih berharga daripada kesempatan membuat hidup semakin baik setiap harinya. Tak ada kesempatan yang lebih besar dari ini!

Semua kembali kepada keputusan kita. Apakah kita ingin memakai setiap kesempatan tersebut untuk menjadikan diri kita semakin lebih baik serta memperbaiki setiap hubungan yang belum terjalin denganbenar, atau menganggap bahwa semua kesempatan itu merupakan kesempatan rutin biasa yang memang datang setiap hari dan tidak memiliki nilai?

Keputusan ada di tangan Anda.

You decide. You act. A GREATER you and your relationship is in your own hand. Your own decision. Decide well...


Tuesday, May 29, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #2


Kesempatan biasanya datang bersamaan dengan tantangan.

Kita memang tak pernah dapat mengira kapan sebuah kesempatan datang menghampiri kita. Kesempatan adalah suatu hal yang tak dapat kita prediksi kehadirannya. Namun, satu hal yang pasti bahwa kesempatan memang datang bersamaan dengan sebuah tantangan. Kita jelas tak akan mendapat sebuah kesempatan jika kita tidak berani menghadapi tantangan.

Just think about this: opportunity comes when we see something bigger upon us, right? Would we call something usual or smaller than what we do now as an opportunity? NO! We call something as an opportunity or chance just when we know that we will be a better and greater person if we can deal with that thing.

Yes, opportunity is a big thing…

Orang besar ialah orang yang berhasil memaksimalkan kesempatan yang datang kepada mereka dengan sebaik-baiknya.   Tak ada satupun orang yang menjadi besar tanpa melalui kesempatan-kesempatan yang datang kepada mereka. Sekarang pertanyaannya ialah, apakah kita siap ketika kesempatan datang pada kita? Siapkah kita ketika sebuah promosi menghampiri? Siapkah kita saat tanggung jawab yang lebih besar diberikan pada kita? Siapkah kita saat hubungan terjalin ke jenjang yang lebih lanjut?

Are we ready yet? Because whatever the condition -- ready or not -- opportunity will come upon us, and what happen next will depend on our readiness.

Responi dengan baik setiap tantangan-tantangan kecil yang ada di depan kita. Dengan begitu kita akan siap menghadapi tantangan yang besar nantinya. Karena seringkali kesempatan datang bersamaan dengan tantangan. Perlengkapi diri kita dengan melakukan hal-hal kecil, karena dengan begitu kita akan siap menghadapi hal besar yang akan datang kepada kita.

Saya percaya satu hal bahwa ketika kita tidak bisa melakukan dengan baik hal atau kesempatan kecil yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kita juga tidak dapat melakukan dengan baik hal atau kesempatan besar yang akan datang kemudian. Apa yang kecil yang biasa kita lakukan adalah bentuk persiapan ketika suatu hal besar datang menghampiri satu saat nanti.

Kita tak pernah tahu kapan "suatu saat nanti" akan datang. Bisa besok, dua hari lagi, minggu depan, atau mungkin tahun depan. Namun satu hal yang pasti, lakukan dengan baik setiap hal kecil yang bisa kita lakukan. Tidak banyak orang yang mau mempersiapkan dirinya sebelum kesempatan datang. Masih banyak yang masih memegang pemikiran bahwa "pasti ada kesempatan kedua".

Hey, why are you waiting for second chance if you can win in the first time?

Satu-satunya hal yang dapat membuat kita menang ketika kesempatan datang adalah dengan persiapan. So, prepare yourself. Jangan menjadikan diri cuek dengan hal-hal kecil. Sebaliknya, lakukan dengan baik setiap hal sehingga bisa mempersiapkan kita menghadapi kesempatan besar di depan.

Because we never know where an opportunity can bring us...


Sebuah Pita Ungu

Sebuah tulisan untuk memperingati hari jadi Psikologi ke 20. Sebuah tulisan untuk duapuluhpsikologi.wordpress.com.

 A wise man said that God has a million ways to create some happiness in our life, even in the smallest way that we can realize. I am not a wise man, but deep in my heart, I believe…

Sebuah hal kecil yang membuat saya bahagia adalah pita ungu. Apa istimewanya sebuah pita ungu? Mari saya jelaskan.

Saya adalah seorang biasa yang lulus dari sekolah biasa. Saya bukan seorang lulusan dengan nilai terbaik, bahkan saya tidak menyandang gelar apapun saat masuk ke jenjang kuliah. Bagaimana tidak, bahkan organisasi sekolah pun enggan saya geluti karena merasa tak ada faedahnya buat saya.

Saya benar-benar bukan siapa-siapa.

Psikologi Atma Jaya menjadi tempat persinggahan saya selanjutnya. Bermodal nekat menjalani psikotes gelombang pertama menghasilkan kejutan bagi saya: saya gagal. Tidak tertera nama saya di papan pengumungan penerimaan mahasiswa baru gelombang pertama. Ya, nama saya tidak ada. Saya gagal. Saya tidak diterima. Psikologi Atma Jaya menolak saya.

Tidak ada penjelasan. Tidak ada pemberitahuan. Harapan saya hampir kandas ketika itu. Apakah seorang biasa memang tak bisa berada di tempat luar biasa? Tempat dimana banyak orang bercerita mengenai betapa istimewanya berada di kalangan fakultas tenar di Atma Jaya. Saya benar-benar hampir putus asa.

Namun beruntung bagi saya karena di kesempatan kedua saya melihat nama saya tertera di papan pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Saya berhasil diterima. Nama saya menjadi bagian dalam keluarga besar psikologi Atma Jaya . Ya, fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Saya memang tak ingat apa yang saya lakukan untuk mengekspresikan rasa gembira saya, namun jelas saya tak bisa lupa rasa bahagianya. Rasa yang saya rasakan hingga sekarang.

Psikologi itu identik dengan warna ungu. Awalnya menjijikan bagi saya mengetahui hal tersebut. Isu beredar bahwa ungu bukanlah warna idaman. Ungu itu warna janda. Warna yang tidak menarik perhatian sama sekali. Warna yang menjadi bahan cemooh banyak orang. Betapa malunya saya ketika ternyata selama masa bimbingan di psikologi, saya diharuskan mengikat sebuah pita ungu di tangan saya yang membuktikan saya adalah mahasiswa baru dalam keluarga psikologi.

Saya bukan janda! Saya juga tidak menjalin hubungan dengan seorang janda. Ibu saya bukan janda. Mengapa harus pita ungu yang terikat di tangan saya setiap harinya? Memalukan. Sebisa mungkin saya menyembunyikan tangan saya yang terikat pita ungu. Saya tak mau dianggap janda. Saya tak mau membanggakan hal yang memalukan.

Butuh waktu satu tahun untuk merubah paradigma itu. Memutarbalikkan fakta bahwa tak ada warna janda. Ungu punya representasi artinya sendiri. Ungu itu artinya setia. Satu-satunya warna yang merepresentasikan kesetiaan. Warna yang menunjukkan sebuah ikatan kebersamaan. Setia.

Malu rasanya sempat berada pada pemahaman yang salah akan sebuah warna. Hingga sekarang, saya menyadari satu hal bahwa kebahagiaan saya sebenarnya dimulai ketika saya mengikatkan tangan saya dengan sebuah pita ungu. Saat dimana saya berada di jenjang awal dunia baru di kehidupan saya. Psikologi, yang hingga kini menjadi pijakan yang tak pernah saya sesali. Dengan segala cerita selama empat setengah tahun, saya merasa puas mengikatkan diri pada kesetiaan yang membuat saya belajar.

Satu fase kehidupan kembali dijejaki. Cerita-cerita yang berjalan bersama, kembali saya pelajari. Hingga kini saya tak lagi menyesal dan malu akan pita ungu yang terikat di tangan saya. Bagi saya makna yang terkandung di dalamnya amat kuat. Sebuah kesetiaan yang terbukti dari kebersamaan. Sebuah trademark yang selalu kami junjung tinggi, bahwa psikologi gak pernah misah-misah.

Ya, hingga kini kebahagiaan itu masih terpancar di sebuah pita ungu yang masih terikat ini. Bukan lagi di tangan, tetapi di hati. Saya bangga pernah berada di keluarga besar yang mengajarkan saya mengenai kesetiaan ini. Selamat ulang tahun Psikologi. Kesetiaanmu akan selalu ada dan teruji bagi kami. Terus sinari warna ungu-mu tanpa malu, dan teruslah setia.

Always be a little happiness for us.


Tuesday, May 22, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #1


Kesempatan adalah tema yang besar bagi saya. Setiap saat dalam hidup, kita dihadapkan pada kesempatan-kesempatan yang mungkin akan memengaruhi hidup kita. Kesempatan-kesempatan yang mungkin daripadanya perubahan hidup kita dimulai. Hampir tak mungkin dalam hari yang kita lalui tak tersimpan kesempatan yang dapat kita gunakan.

The question is: do you really aware with all opportunities that came in your life? Or you just run your day over and over without realize anything?

Kesempatan seringkali datang dengan cara yang tidak terduga. Bahkan terkadang datang bersamaan dengan hal kecil yang biasa kita sepelekan. Cuek menjadi pilihan bagi kita terhadap hal-hal kecil tersebut. Namun kita selalu menggambarkan kesempatan sebagai sebuah hal atau kejadian besar yang bisa kita lihat, bisa kita rasakan sepenuhnya, sehingga kita banyak tidak memerdulikan sebuah kesempatan kecil yang mungkin memberi pengaruh besar bagi hidup kita.

Salah satu film favorit saya, Evan Almighty, merupakan sebuah film yang juga mengajarkan kepada saya mengenai sebuah kesempatan. Dimulai dengan seorang tokoh bernama Evan yang mencalonkan diri sebagai seorang kongres di Amerika dan berdoa kepada Tuhan agar membantunya untuk dapat mengubah dunia. Kemudian Tuhan menggunakan cara yang sangat tidak biasa untuk membantu Evan menjadi seorang pengubah dunia.

Pelajaran yang saya ingin bagikan bukan berada di poin tersebut. Pelajaran mengenai kesempatan datang ketika keluarga tersebut tidak lagi dapat bertahan dengan apa yang dilakukan Evan. Satu demi satu hal mulai menjadi alasan dalam memicu konflik keluarga, hingga pada satu saat sang istri tak lagi tahan dan memilih untuk meninggalkan Evan sendirian.

Dalam satu momen makan siang, Morgan Freeman yang mengambil peran sebagai Tuhan menyatakan hal yang sangat baik mengenai kesempatan kepada istri Evan yang berencana meninggalkannya, dan pembelajaran inilah yang ingin saya bagikan.

Just reflect with these questions: If someone prays for patience, you think God gives them some patience? Or does He give them the opportunity to be patient?
 If someone pray for courage, you think God gives them courage immediately? Or does He give them an opportunity to be courageous?
And if someone pray for their family to be closer, you think God zaps them with warm fuzzy feelings? Or does He give an opportunity to love each other?

Kesempatan. Sebuah peluang yang datang disaat - mungkin bagi kita - tidak tepat, namun sebenarnya dapat mengubah cara pandang kita. Arah hidup kita. Hanya kita yang terkadang sulit melihat sebuah kesempatan dalam masa sulit hidup kita.

Sekarang, apa masa sulit yang sedang kita hadapi? Kuliah, pekerjaan, keluarga, keuangan, persahabatan, hubungan? Mungkinkah di dalam masa tersebut, Tuhan sedang menyisipkan sebuah kesempatan bagi kita? Kesempatan bagi doa yang kita gumamkan kepadaNya.

Tinggal giliran kita yang menentukan sikap bagi kesempatan yang Tuhan berikan itu.

Karena kesempatan seringkali datang diluar bayangan kita, dan tidak semua hal yang datang untuk memproses kita karena sebuah kebetulan. Mungkin itu adalah jawaban dari doa kita. Sebuah kesempatan untuk memperjuangkan apa yang kita pinta.


Tuesday, May 15, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kebahagiaan


Beberapa minggu ini, saya disuguhkan dengan beberapa wacana mengenai kebahagiaan.  Mulai dari buku berjudul "delivering happiness" yang saya baca, hingga cerita hidup beberapa teman mengenai kebahagiaan yang ia tuju dalam hidupnya. Saya sendiripun merasakan sebuah kebahagiaan kecil yang belum lama dimulai dalam kehidupan saya sekarang, dan kebahagiaan tersebut dipercik dari tempat kantor dimana saya bekerja.

Hari ini saya tak banyak menyinggung tentang pekerjaan yang saya geluti. Suatu saat saya akan banyak menceritakannya disini. Namun, yang menjadi perhatian saya sekarang ialah mengenai kebahagiaan.

Coba berpikir sejenak, sebenarnya untuk apa kita bekerja? Untuk apa kita mengentaskan pendidikan yang sedang kita jalani sekarang? Untuk apa kita menjaga kesehatan kita sedemikian rupa? Untuk apa kita mencoba mencari seorang pasangan hidup demi masa depan kita?

In the end, it turns out that we're all taking different paths in pursuit of the same goal: happiness.

Kebahagiaan adalah sebuah hal yang sama yang kita kejar dalam kehidupan ini. Kebahagiaan adalah dasar dari semua hal yang kita lakukan, bukan? Cobalah sejenak merenungkan jawaban dari semua pertanyaan di atas. Pada dasarnya, jika kita terus tanya "mengapa" kita melakukan sesuatu hal yang dirasa baik dalam hidup kita, akhir pernyataannya ialah karena kita ingin bahagia.

Ya, karena kita merindukan sebuah kebahagiaan dalam hidup kita. Tak ada satu manusiapun yang tak ingin merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tak ada satupun dari kita yang menganggap remeh sebuah kebahagiaan.

Happiness is really a BIG deal!

Now, the question is: are you happy?  Are you really pursuit some happiness in whatever you do? Or you just do daily routines without reaching anything in the end?

Beberapa teman menyatakan bahwa ia tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Kuliahnya yang berantakan, teman-teman yang meninggalkannya, keluarga yang tidak peduli padanya. Ia merasa bahwa tak ada lagi kebahagiaan yang bisa ia capai. Betulkah itu?

Remember one thing: happiness come from inside not outside.

Film Will Smith yang berjudul pursuit of happiness mengingatkan saya akan hal tersebut. Lingkungan mungkin tak sejalan dengan apa yang kau inginkan, namun satu hal yang pasti, kau masih dapat mengejar kebahagiaan.

Kebahagiaan bukan berbicara mengenai seberapa banyak uang yang kau punya. Bukan pula berbicara mengenai jabatan apa yang kau jalani sekarang. Dengan jelas, kebahagiaan berbicara mengenai seberapa kau bersyukur dengan apa yang kau punya dan sedang kau lakukan sekarang.

Now think it seriously, Are you happy? I mean, really happy with your life? Really happy with all you have? Really happy with all you are?

If the answer is yes, then share your happiness with the other. Because like Buddha says: "thousands of candles can be lit from a single candle, and the life of the candle will not be shortened. Happiness never decreases by being shared."


Tuesday, May 8, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Mengucapkan Terima Kasih


Kapan terakhir kali kata 'terima kasih' terucap dari mulut kita? Apakah kita lebih memilih diam dan bermuka datar daripada memakai satu detik kita untuk tersenyum dan mengucapkan kata terima kasih?

Kata terima kasih seringkali kita tujukan kepada orang lain yang bersedia membantu kita dalam melakukan sesuatu. Kata ini juga menjadi wajib diucapkan ketika kita mendapat sebuah pemberian dari pihak lain. Nyatanya begitu banyak kesempatan bagi kita untuk mengucapkan kata terima kasih, namun penelitian pernah menyatakan bahwa kata 'terima kasih' merupakan salah satu kata yang paling sulit diucapkan oleh seseorang. Apa yang menyebabkan begitu banyak orang menganggap tabu kata ini?

Think about this: how can the other people do respect us if we can't respect them first in every tiny thing they do?

You will not be respected in your big thing you do if you can't respect the other for a  small thing.

Sebagai seorang yang berkarir di bidang pelatihan, saya belajar bahwa sebuah kata 'terima kasih' dapat menjadi sebuah reinforcement positif bagi seseorang dan dapat menstimulasi orang tersebut untuk melakukan hal baik secara berkesinambungan. Perlu sebuah kedewasaan untuk mengucapakan kata 'terima kasih' secara tulus kepada orang lain.

Ya, ini serius. Butuh cukup kedewasaan untuk mengucapkan 'terima kasih' secara tulus kepada seseorang. Kita mudah memberi penghargaan kepada orang yang telah berkontribusi besar bagi hidup kita. Namun agaknya sulit untuk memberikan penghargaan kepada orang yang membantu kita dalam hal kecil. Bagaimana dengan kita?

Just smile and a little thank you can make a great differences in someone's life.

Renungkan ini: jika sebuah kata 'terima kasih' sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang, maka hal tersebut juga menjadi penting bagi kita, bukan?

Mungkin telah terbiasa kita mendengar sebuah ucapan terima kasih atas hal yang kita lakukan dari orang lain. Sudah lumrah ditelinga kita kata 'terima kasih' mendarat atas kita. Banyak dari kita tidak khawatir atas kata tersebut. Tapi pernahkah kita mengucapkan terima kasih atas diri kita sendiri?

When the last time you say to yourself: "hey me, thank you."?

Thank you for keeping me strong in every obstacle we had.
Thank you for keeping me healthy and stay away from all dangerousness.
Thank you for hard work so we can catch up this way.
Thank you for all tears that make me realize about the meaning of life.
Above all, thank you for accepted me all I am.
Thank you.

Pernahkah kita mengambil sedikit waktu kita setiap harinya untuk memberikan sedikit penghargaan atas apa yang diri kita lakukan?

Satu menit berterima kasih, berdampak besar bagi hidup kita.

Maybe this is not a good note that written systemically, but I hope this note can inspire you to take a minute to say 'thank you' for yourself. So, just close your eyes and start thanking yourself.


Tuesday, May 1, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Menyelesaikan Perjalanan


Belakangan ini saya sangat menghargai quality time yang bisa saya habiskan bersama dengan keluarga maupun teman-teman saya. Maklum, saya sekarang telah terikat jam kantor dan sulit berinteraksi dengan banyak orang selain rekan-rekan di kantor sehingga waktu-waktu bersama keluarga dan teman-teman lain menjadi amat berharga buat saya.

Beberapa pertemuan banyak diisi oleh kisah-kisah menyenangkan yang membuat saya lupa dengan lelahnya pekerjaan kantor, beberapa diisi oleh curahan hati  yang membuat saya tenggelam dalam ceritanya. Banyak kisah yang membuat saya larut dan belajar sebuah pengalaman seseorang.

Dalam suatu malam, seorang teman bercerita mengenai pengalamannya ketika menumpangi sebuah angkutan umum. Ia menjadi penumpang setia sebuah kendaraan umum untuk membantunya tiba di kantor maupun ketika ia beranjak pulang ke rumah. Hari-harinya memang dipenuhi dengan kemacetan Jakarta di dalam sebuah angkutan umum.

Pernah suatu kali ia merasakan kejanggalan dalam angkutan umum yang ia tumpangi saat itu. Seringkali supir harus turun dari kendaraan untuk menyiram ban depannya. Setelah beberapa kali dilakukan, teman saya memberanikan diri untuk bertanya, dan ternyata hal tersebut dilakukan karena ban depan dari angkutan umum tersebut panas. Tekanan udara di dalam ban yang tidak kondusif dengan  kondisi suhu di luar yang cukup panas dapat menyebabkan ban dapat meletus setiap saat. Oleh sebab itu supir harus rela keluar dari kendaraan untuk beberapa kali menyiram ban agar suhu tetap stabil.

Teman saya sempat berpikir, mengapa tak dikeluarkan saja semua penumpang dan pindahkan ke kendaraan lain yang mempunyai tujuan yang sama? Bukankah hal tersebut akan membuat supir lebih leluasa untuk melihat kendaraannya secara menyeluruh? Bukankah dengan kondisi tersebut supir menjadi tidak was was akan kendaraannya?

Sambil mengerenyitkan alis mata, teman saya mengemukakan sebuah insight menarik bagi saya atas kejadian tersebut. Ia menyatakan bahwa dalam sebuah kehidupan seringkali kita harus berhadapan dengan 'ban panas'. Kita harus rela beberapa kali berhenti dan menyiram 'ban panas' tersebut. Mudah saja sebenarnya untuk menyerah dan menurunkan muatan. Namun, satu hal yang patut digarisbawahi: apakah kemudian kita menyelesaikan perjalanan kita?

Supir tersebut dapat saja dengan mudah memindahkan penumpang ke kendaraan lainnya yang memiliki arah tujuan yang sama. Namun jika ia melakukan hal tersebut, ia tidak menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ia tidak mencapai sebuah akhir dalam perjalanannya. Ia menyerah di tengah jalan hanya karena sebuah ban yang panas.

Apa 'ban panas' yang sedang kau alami sekarang? Mulai lelah dengan kehidupanmu? Tugas yang tak kunjung selesai? Tuntutan yang semakin besar? Tanggung jawab - tanggung jawab yang menumpuk untuk diselesaikan? Masalah relasi yang tak kunjung usai?

Jangan lupakan satu hal: turunlah dan siram ban panasmu.

Mungkin butuh waktu yang lebih lama untuk tiba di tempat tujuan. Mungkin butuh usaha yang ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun satu hal yang pasti, kau menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Kau menyentuh garis finish dan usahamu tak pernah sia-sia.

Even in the worst condition, there's always a way to catch up the finish line.

All you have to do is just stop. Stabilize your hot tires. And move again.

Maybe need more time to reach the goal, but one thing you need to realize: you've done your job when there's opportunity to give up.

Selesaikan perjalananmu. Dan kau akan membuat sebuah kisah baru dalam sebuah panggung kehidupan.


Monday, April 9, 2012

Sorry For The Inconvinience

AHHH!!!! Lama gak nulis di blog...

Bukan karena gue udah gak niat nulis, tapi bener-bener karena kejadian langka yang gak pernah gue duga sebelumnya.

Laptop gue wafat...

Semenjak pertengahan Maret kemarin gue bener-bener dibuat kaget karena laptop kesayangan gue ngambek dan gak mau nyala. Tombol turn on seakan cuma jadi penghias karena udah gak berfungsi sebagai mana mestinya untuk membuat laptop gue hidup dan membantu gue menjelajahi dunia maya.

Gak banyak yang bisa gue lakukan. Dari percobaan halus hingga eksperimen kasar udah gue coba untuk membangkitkan laptop gue dari kematian. Sihir Harry Potter gue rasa juga gak mempan. Tibalah waktunya gue menerima kenyataan kalo laptop gue telah tiada. Beserta file yang membantu gue selama di kuliah.

Sepeninggalnya laptop itu, gue dibuat gak bisa nulis lagi karena keterbatasan fasilitas untuk gue bisa menjelajahi dunia maya dan membuka blog untuk sekedar membuat update..

Dengan ini, gue sangat meminta maaf atas ke-bolong-an tulisan-tulisan yang seharusnya gue selesaikan dan gue teruskan..

#SepenggalSelasa sudah beberapa minggu vakum dan cerita tentang Sawarna agaknya udah basi..

Tapi gue akan mengusahakan agar bisa diselesaikan semuanya.. Mudah memang untuk mulai, tapi mengusahakan untuk tetap menulis sesuatu yang bermanfaat itu butuh effort luar biasa. Dan sekarang effort gue sedang diuji.

Sekarang gue gak banyak punya waktu menulis karena sudah terikat dengan jam kantor, tapi menulis bukanlah suatu hal yang dilakukan di waktu luang bukan? Seorang teman pernah berkata, "jangan menulis di waktu luang, tapi luangkan waktumu untuk menulis."

Yup! Gak akan pernah ada "waktu luang" kalo kita gak pernah bikin. So, luangkan waktu untuk apa yang lo suka. Jangan cuma kerjain sesuatu yang lo suka di waktu luang, karna lo gak akan nemuin "waktu luang" itu.

Jadi, gue akan lebih berusaha untuk meluangkan waktu menulis hal-hal yang menarik. Dan gue gak suka meninggalkan tulisan gue begini aja.

Jadi mohon maaf atas kelalaian gue di blog ini, dan tulisan-tulisan gue kemudian akan di post secepatnya.. Terima kasih.. :)

Tuesday, March 20, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Menangisi Diri Sendiri

"Pagi hari bagiku adalah saat untuk berkabung. Setiap pagi aku merasakan seluruh tubuhku. Aku menggerakkan jari-jemariku dan kedua tanganku - apa pun yang masih dapat kugerakkan - dan aku berkabung setiap kali menemukan ada bagian atau kemampuan yang hilang," ucap Morrie saat ditanya apakah ia sering menangisi dirinya.

ALS adalah penyakit yang bergerak seperti lilin. Awalnya kau hanya tidak bisa menggerakkan satu bagian tubuhmu. Namun, semakin hari penyakit itu akan terus menggerogoti tubuhmu, hingga yang dapat kau lakukan hanyalah berbaring di ranjang dan tak dapat berbuat apa-apa.

Penyakit ALS yang diderita Morrie menggerogoti tubuhnya dari bawah. Bermula dari kelumpuhan kakinya dan terus akan menjalar ke bagian tubuh atas. Dan setiap hari, penyakit tersebut akan mendisfungsikan bagian tubuhnya yang lain. Hanya tinggal menunggu waktu hingga penyakit tersebut menggerogoti seluruh tubuhnya.

Pantas kau sering menangis, coach. Aku lumrah dengan itu. Penyakitmu adalah penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Tak banyak yang bisa kau harapkan atas kesembuhan kondisimu.

Dan tentang kau mengasihani dirimu sendiri? Rasa takut pertama ketika kau bangun di pagi hari? Aku bisa mengerti itu. Ya, aku bisa mengerti, coach.

Dulu, hampir setiap hari aku menangisi kondisi fisikku yang dilahirkan tak sempurna. Setiap pagi, ketika hendak berangkat ke sekolah, seringkali aku merenung. Kenapa aku harus dilahirkan timpang? Aku terlahir dengan kondisi kaki yang tidak sama panjangnya, dan kondisi tersebut membawaku ke kehidupan yang penuh dengan ejekan. Ingin rasanya berteriak bahwa aku juga tidak meminta dilahirkan dengan kondisi ini.

Ya, ini bukan mauku. Aku tidak meminta kondisi seperti ini ketika lahir. Bahkan aku tak sempat bernegosiasi tentang hal ini.

Aku memang tidak lumpuh, coach. Tapi aku menyadari betul apa yang kau rasakan. Menangisi diri sendiri. Menyesali apa yang terjadi. Kejadian yang bukan kita yang mau. Kejadian yang memaksa kita untuk menerima. Kejadian yang membuat kita belajar.

Belajar menerima diri sendiri.

"Aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau itu perlu," lanjut Morrie. "Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku kepada segala hal yang masih baik dalam hidupku. Kepada orang-orang yang datang menjengukku. Kepada kisah-kisah yang akan kudengar. Aku tidak membiarkan diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri. Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu."

Ah, lagi-lagi kau benar coach. Terlalu awal bagiku untuk mengerti saat itu. Namun sekarang aku sadar. Tak perlu lagi aku malu dengan kondisiku. Tak guna lagi meratapi apa yang telah terjadi. Cukup sedikit menangis setiap pagi, kemudian hadapi hari dengan tegar. Untuk apa menangisi diri berkepanjangan?

Your life begin when you can accept yourself as who you are exactly. With those disables, fears, weaknesses. Make peace with them and start to trust yourself. Trust yourself with all your heart.


Matahari yang paling indah ialah matahari yang terbit setelah datangnya badai. Pernah dengar kalimat itu? Entah darimana aku mendapatkannya, tapi jelas kalimat itu masih terngiang dalam pikiranku.

Badaiku telah selesai. Masa berkabung atas kekuranganku telah berakhir. Aku tak lagi di tengah badai. Aku memilih matahari, dan sebuah masa depan.

The condition maybe can not change. I am the one who must change!

Aku tidak akan menjadi diriku yang sekarang jika tak pernah mengasihani diriku sendiri. Aku menjadi kuat karena aku pernah lemah.

Hadapi badai itu. Kasihanilah dirimu sendiri. Menangislah!

Lalu temukan mataharimu sendiri.

Temukan matahari dimana kau bisa ikut bercahaya dengannya.

Dan tetaplah seperti itu...


Sunday, March 18, 2012

Today is Hari Ini

Kalo ada yang nanya sama gue, “kapan sih hari terbaik dalam hidup lo?”
Gue akan jawab: “hari ini.”
Kalo ada yang nanya, “kapan sih lo mulai perubahan hidup lo?”
Gue akan jawab: “hari ini.”
Kalo ada yang nanya, “kapan lo akan mulai wujudin mimpi lo?”
Kembali akan gue jawab: “hari ini.”
Kalo ada yang nanya, “kapan lo mau bahagiain orang-orang di sekeliling lo?”
“Kapan lo mau persiapin masa depan lo?
“Kapan lo mulai kerjain passion lo?”
“Kapan hari yang akan lo inget seumur hidup lo?”
Jawaban gue tetep sama: “hari ini”.

Because there’s no day better than TODAY.
Whatever the beginning or the ending, today is the one and only day you can have.
You can’t touch yesterday.
You haven’t reached tomorrow.
Today is the best day in a rest of your life.

You did something good yesterday?
Doing better today!
You failed yesterday?
Do all over again today!
And TODAY will be always the best day you can have.
Give all the best you can do, because today will come once.
And today, you will reach up your dreams closer than before…