Blog ini beneran mati suri...
Liat last post, dan ternyata tulisan terakhir gw tentang puasa...
5 bulan belakangan, gw pake buat puasa nulis juga ternyata.
Menumpuknya hal yang harus dikerjakan dan menumpuknya rasa malas pada akhirnya berhasil buat gw vakum menulis. Sungguh membuat gw menarik napas panjang.
Anyway, ini sudah akhir tahun.
Resolusi?
Tampaknya masih jauh dari kata "tercapai".
Tapi melihat kebelakang, banyak banget yang seharusnya patut disyukuri.
Banyak. Banyak banget.
Dan gw gak menyesal.
2013 cuma sebuah tahun yang baru. Kalender lama kita tutup, dan biarlah kita tutup dengan perasaan bangga.
Bangga bahwa kita cukup kuat untuk lewati semua.
Dan resolusi baru dimulai. Sebuah langkah yang menatap kedepan.
Dan lembaran baru kembali kita buka.
Ini bukan akhir, tapi awal,
Ini belum selesai, tapi baru dimulai.
Dan tahun-tahun terbaik sudah menunggu di depan.
Ya, gw siap...
Wednesday, December 26, 2012
Tuesday, July 31, 2012
Iman Mereka Kayaknya Gak Tipis Deh!
Ah lama gak nulis di blog...
Berbulan-bulan tampaknya blog ini sepi gak ada penunggunya.
Banyak alasan memang, tapi biarlah itu jadi alasan. Karena gue sadar betul bahwa alasan gak akan membawa kita kemana-mana. Alasan cuma jadi tameng atas kesalahan yang mungkin memang kita lakukan dengan sengaja. Jadi, biarlah alasan menjadi alasan. Maaf ya blog ini jadi seperti mati suri.
Tapi gue akan usahakan untuk rajin nulis lagi kok. Hehe.
Mengakhiri bulan ini banyak hal yang gue pikirin sih. Sudah lebih dari setengah tahun lewat. Terus apa yang udah gue lakukan? Berapa banyak resolusi yang udah tercapai? Sudahkah gue bertambah dewasa semenjak awal tahun kemarin?
Ah, rasanya waktu cepet banget berlalu ya. Kayaknya baru kemarin deh gue mikirin mau ngapain aja di tahun 2012 nanti. Kayaknya baru kemarin membuat list panjang refleksi akan tahun 2011 yang akan berakhir. Sekarang, udah lewat tengah tahun 2012 aja. Bener-bener gak terasa sama sekali.
Apapun itu, bulan-bulan ini adalah bulan yang cukup menyenangkan bagi gue. Kenapa? Karena sebentar lagi lebaran!! Yeay!!
Bukan, gue memang gak merayakan lebaran. I'm not a moslem. Tapi gue suka banget sama lebaran. Selain karena Jakarta akan lenggang karena banyaknya orang Jakarta yang kemudian mudik ke kotanya masing-masing, lebaran itu identik sama ketupat dan rendang. I love those foods SO MUCH! Gue bisa makan makanan itu berhari-hari tanpa bosen. Salah satu makanan favorit yang gak akan gue tinggalkan.
Bicara tentang lebaran, selalu kita gak bisa lepaskan sama ibadah yang biasa dilakukan umat muslim, yaitu ibadah puasa. Setiap kali bulan puasa, gue selalu geregetan. Bukan geregetan sama yang puasa, justru gue geregetan banget sama orang-orang yang gak puasa.
Gak dimana juga, orang-orang yang gak puasa sebisa mungkin menghindari makan dan minum di depan orang yang puasa. Ya, gak salah sih memang. Tapi kalo alesannya buat menghargai orang muslim, buat gue kok agak bodoh ya?
Gini, puasa itu dijalanin setiap tahunnya. Selain mereka diajarin tahan lapar dan haus, mereka juga diajarin untuk menahan hawa nafsu mereka. Secara gak langsung, mereka diajar untuk gak cepet celamitan pas liat orang lain makan dan minum di depan mereka.
Paling risih sebenernya liat ormas-ormas yang mengaku sebagai pembela, tapi secara paksa menutup rumah-rumah makan karena dianggap menggoda iman umat muslim yang berpuasa.
Ayolah, iman mereka gak setipis itu kali!
Gak perlulah kita menahan makan dan minum kita di depan orang yang puasa. Justru dengan tetap menjadi apa adanya kita, yang bisa makan dan minum dengan leluasa, kita menghargai mereka yang puasa. Betul gak?
Dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasa, termasuk makan dan minum, di depan orang yang berpuasa artinya kita sadar bahwa ia tidak mudah tergoda dan bisa melanjutkan puasanya dengan baik. Dengan cara seperti itu, menurut gue, kita menghargai mereka. Kita tidak menganggap iman mereka lemah, tapi sebaliknya dapat mampu menghadapi kondisi-kondisi seperti biasanya.
So, hargailah mereka yang berpuasa. Bukan dengan tidak makan dan minum di depan mereka, tapi dengan cara melakukan aktivitas seperti biasa di depan mereka. Kalau masih ketemu orang-orang yang sebegitu menutup makanan dan minumannya karena ada yang puasa, bilang aja gini: "iman mereka kayaknya gak tipis deh!"
Selamat berpuasa bagi teman-teman yang menjalankan.. Proud of you all guys.
Berbulan-bulan tampaknya blog ini sepi gak ada penunggunya.
Banyak alasan memang, tapi biarlah itu jadi alasan. Karena gue sadar betul bahwa alasan gak akan membawa kita kemana-mana. Alasan cuma jadi tameng atas kesalahan yang mungkin memang kita lakukan dengan sengaja. Jadi, biarlah alasan menjadi alasan. Maaf ya blog ini jadi seperti mati suri.
Tapi gue akan usahakan untuk rajin nulis lagi kok. Hehe.
Mengakhiri bulan ini banyak hal yang gue pikirin sih. Sudah lebih dari setengah tahun lewat. Terus apa yang udah gue lakukan? Berapa banyak resolusi yang udah tercapai? Sudahkah gue bertambah dewasa semenjak awal tahun kemarin?
Ah, rasanya waktu cepet banget berlalu ya. Kayaknya baru kemarin deh gue mikirin mau ngapain aja di tahun 2012 nanti. Kayaknya baru kemarin membuat list panjang refleksi akan tahun 2011 yang akan berakhir. Sekarang, udah lewat tengah tahun 2012 aja. Bener-bener gak terasa sama sekali.
Apapun itu, bulan-bulan ini adalah bulan yang cukup menyenangkan bagi gue. Kenapa? Karena sebentar lagi lebaran!! Yeay!!
Bukan, gue memang gak merayakan lebaran. I'm not a moslem. Tapi gue suka banget sama lebaran. Selain karena Jakarta akan lenggang karena banyaknya orang Jakarta yang kemudian mudik ke kotanya masing-masing, lebaran itu identik sama ketupat dan rendang. I love those foods SO MUCH! Gue bisa makan makanan itu berhari-hari tanpa bosen. Salah satu makanan favorit yang gak akan gue tinggalkan.
Bicara tentang lebaran, selalu kita gak bisa lepaskan sama ibadah yang biasa dilakukan umat muslim, yaitu ibadah puasa. Setiap kali bulan puasa, gue selalu geregetan. Bukan geregetan sama yang puasa, justru gue geregetan banget sama orang-orang yang gak puasa.
Gak dimana juga, orang-orang yang gak puasa sebisa mungkin menghindari makan dan minum di depan orang yang puasa. Ya, gak salah sih memang. Tapi kalo alesannya buat menghargai orang muslim, buat gue kok agak bodoh ya?
Gini, puasa itu dijalanin setiap tahunnya. Selain mereka diajarin tahan lapar dan haus, mereka juga diajarin untuk menahan hawa nafsu mereka. Secara gak langsung, mereka diajar untuk gak cepet celamitan pas liat orang lain makan dan minum di depan mereka.
Paling risih sebenernya liat ormas-ormas yang mengaku sebagai pembela, tapi secara paksa menutup rumah-rumah makan karena dianggap menggoda iman umat muslim yang berpuasa.
Ayolah, iman mereka gak setipis itu kali!
Gak perlulah kita menahan makan dan minum kita di depan orang yang puasa. Justru dengan tetap menjadi apa adanya kita, yang bisa makan dan minum dengan leluasa, kita menghargai mereka yang puasa. Betul gak?
Dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasa, termasuk makan dan minum, di depan orang yang berpuasa artinya kita sadar bahwa ia tidak mudah tergoda dan bisa melanjutkan puasanya dengan baik. Dengan cara seperti itu, menurut gue, kita menghargai mereka. Kita tidak menganggap iman mereka lemah, tapi sebaliknya dapat mampu menghadapi kondisi-kondisi seperti biasanya.
So, hargailah mereka yang berpuasa. Bukan dengan tidak makan dan minum di depan mereka, tapi dengan cara melakukan aktivitas seperti biasa di depan mereka. Kalau masih ketemu orang-orang yang sebegitu menutup makanan dan minumannya karena ada yang puasa, bilang aja gini: "iman mereka kayaknya gak tipis deh!"
Selamat berpuasa bagi teman-teman yang menjalankan.. Proud of you all guys.
Gambar diunduh dari sini |
Tuesday, June 26, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Takdir #2
Berbicara mengenai
takdir, saya selalu teringat akan satu tokoh yang amat menginspirasi saya
semenjak beberapa tahun belakangan ini. Saya memang tak pernah bertemu muka
dengan muka , namun saya sangat berharap dapat belajar secara langsung dari
sosok yang menjadi tokoh inspirasional dunia tersebut.
Ia memang berbeda.
Bukan karena telah menciptakan hal-hal yang spektakuler ataupun bergaya mewah
dan glamor, ia berbeda secara harafiah. Setiap orang yang melihatnya pasti akan
menyadari kekurangan yang ada pada fisiknya. Ia dilahirkan tanpa anggota tubuh
yang lengkap. Ia adalah Nick Vujicic yang kini menjadi pembicara dan motivator
terkenal di dunia karena cerita mengenai hidupnya.
Gambar diunduh dari sini |
Darinya saya
belajar, "actually we had our own fate
from the past, but we can decide our fate in the future by decide how you
accept yourself and act differently to change it."
Seorang yang lahir
tidak sempurna. Takdir masa lalunya yang menjadikan dirinya seperti itu. Tak
ada yang bisa dilakukan. Tak ada yang bisa diubah. Beberapa kali Nick masih
menyatakan bahwa ia masih ingin merasakan hidup dengan anggota tubuh normal
selayaknya orang lain di luar sana. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya
berjalan dengan kaki dan menulis dan melakukan aktivitas lainnya dengan
menggunakan tangan.
Bukankah kita
mempunyai cerita yang mirip dengan Nick? Mungkin kita dilahirkan dengan anggota
tubuh yang lengkap. Kita masih dapat berjalan dan beraktivitas layaknya orang
normal lainnya. Namun, bukankah kita sama bahwa ada bagian dalam masa lalu kita
yang tidak bisa kita ubah? Ada takdir yang memang direncanakan Tuhan untuk kita
menjalaninya? Bagi Nick, takdir yang tidak bisa ia ubah adalah kenyataan bahwa
ia lahir tidak sempurna. Kita? Anda dan saya masing-masing punya takdir seperti
itu, bukan? Takdir yang memang direncanakan untuk kita terima dan jalani tanpa
dapat dikompromikan sebelumnya.
There are some things in life that are out of our
control that we can't change and we have got to live with. The choice that we
have, though, is either to give up or keep on going.
Gambar diunduh dari sini |
Banyak hal dalam
hidup kita yang tidak bisa kita pilih sebelumnya. Semua masa lalu kita yang
menjadikan kita menjadi seperti sekarang ini. Namun masa depan kita adalah
hasil dari apa yang kita putuskan hari ini. Apa yang ingin kita putuskan?
Menyerah karena takdir yang membawa kita seperti sekarang ini dan terlalu sulit
untuk bisa kita ubah? Atau memilih untuk terus berjuang menciptakan takdir yang
indah bagi masa depan kita?
Saya menulis ini
bukan untuk mengatakan bahwa saya mengerti apa yang Anda rasakan. Saya mungkin
tidak mengerti bagaimana rasanya berada dalam sebuah takdir yang tak dapat Anda
hindari sekarang ini. Saya menulis ini hanya untuk mengatakan bahwa ini bukanlah
sebuah akhir. Hidup yang kita jalani sekarang bukanlah akhir.
It's just only the beginning.
Kita semua hidup
dengan sebuah takdir di tangan kita. Takdir yang tak bisa kita ubah. Namun,
tetap membiarkan hidup dalam takdir yang sama dan tidak mencoba untuk membuat
hidup kita lebih baik adalah sebuah kebodohan dan kesia-siaan dalam hidup. Build your own future fate. Find your destiny in your
life.
Mengutip kata-kata
dalam film animasi Brave garapan Pixar dan Disney, bahwa fate actually already within us. The question next
is, are we brave enough to see it and believe?
Percayakah kita
bahwa kita bisa merubah takdir kita di masa depan? Beranikah kita untuk percaya
bahwa masih banyak hal-hal besar yang dapat kita lakukan? Dan pertanyaan
terakhir, maukah kita melakukan hal-hal yang tidak biasa untuk mengubah takdir
kita di masa depan?
Nick Vujicic adalah bukti nyata dunia bahwa takdir masa lalu tidak menjadi alasan untuk kita dapat merubah takdir masa depan kita. Keterbatasannya tidak menjadikan Nick sebagai orang yang menutup diri dan menyalahkan keadaan. Sebaliknya, ia dapat mengatasi semuanya itu dan menjadi sosok diri yang lebih baik.
Tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah. Dan pilihan masih terpampang jelas di hadapan kita.
...because you can have a better fate than that you have right now.
Tuesday, June 19, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Takdir #1
"If you have a chance to change your fate, would
you?"
Gambar diunduh dari sini |
Kata-kata tersebut
saya dapatkan dalam trailer sebuah film
animasi yang tampaknya akan meraih sukses di masa perputarannya. Saya merasa
bahwa kata-kata tersebut begitu bermaknanya untuk saya telaah dan renungkan
sepanjang beberapa hari ini. Beberapa pemaknaan baru akan hidup hadir ketika
saya meluangkan waktu untuk merenungkan hal-hal tersebut. Mengenai takdir, dan
mengenai hidup.
Banyak orang
merespon pertanyaan tersebut kepada saya dengan jawaban-jawaban "I wouldn't", "It's a privilege born
with this fate", "I'm satisfied enough". Saya tidak mengerti mengapa mereka menjawab
hal-hal demikian. Apakah mereka cukup puas dengan keadaan hidupnya dan merasa
bahwa hidupnya telah memberikan arti yang signifikan? Apakah mereka begitu saja
menerima takdir yang ada di depan mereka?
Tampaknya banyak
orang masih salah kaprah dengan pertanyaan tersebut. Mereka menganggap bahwa
takdir adalah masa lalu yang menjadikan setiap mereka seperti sekarang ini.
Bagi saya, jika takdir didefinisikan sebagai hal tersebut, saya juga merasa
puas dengan kondisi saya. Tak sedikitpun bagian dari diri saya yang ingin saya
rubah dalam masa lalu saya.
But life is supposed to live forward, right?
Kita memang tidak
bisa mengubah masa lalu, namun jelas kita bisa memilih masa depan kita. Our future is not a fate, it's in our decision.
Jika kita tahu bahwa masa depan kita tidak akan berjalan dengan baik jika kita
terus menerus menjadi diri kita seperti yang sekarang, akankah kita merubahnya?
Itulah inti
pertanyaan saya di awal tulisan ini. "If
you have a chance to change your fate, would you?"
Saya tidak dapat
bayangkan apa jadinya negeri ini jika mereka para pengubah sejarah memilih
untuk menerima semua yang telah ditakdirkan tanpa berusaha membentuk takdir
mereka sendiri.
Saya tidak dapat
bayangkan Indonesia tanpa Ki Hajar Dewantara. Jika beliau menerima takdir bahwa
pendidikan memang tidak bisa diperjuangkan di negeri ini, maka tidak akan
pernah ada jenjang sekolah tinggi yang membuat kita cerdas seperti sekarang
ini. Beliau amat memperjuangkan sebuah konsep Taman Siswa agar anak-anak
Indonesia ketika itu dapat mengenyam pendidikan yang setidaknya dapat
mencerdaskan mereka. Beliau amat memegang teguh bahwa pendidikanlah tonggak
dasar sebuah bangsa.
Apa jadinya jika Ki
Hajar Dewantara menolak berjuang untuk takdir masa depan pendidikan indonesia?
Gambar diunduh dari sini |
Saya juga tidak
dapat bayangkan Indonesia tanpa lahirnya R.A. Kartini. Beliau tumbuh besar
dalam sebuah takdir yang penuh dengan pertentangan dimana strata kaum wanita
berada di bawah kaum pria. Beliau menolak untuk diam. Kegerakan untuk
menyamakan strata pria dan wanita masih terdengar hingga kini. Emansipasi
wanita yang ia perjuangkan memberi dampak bagi seluruh kaum wanita di
Indonesia.
Apa jadinya jika
R.A. Kartini menolak berjuang demi takdir wanita Indonesia?
Gambar diunduh dari sini |
Begitu banyak orang
yang masih merasa bahwa hidup itu harusnya mengalir seperti air. BODOH! Kita
belajar bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Jika hidup
kita mengikuti prinsip air, maka hidup kita akan terus menuju pada pemaknaan yang
lebih rendah.
Ikan berenang
melawan arus air. Layang-layang terbang melawan arus angin. Karena semua yang
terbawa arus adalah hal yang mati. Begitu pula hidup kita. Jangan pernah merasa bahwa
hidup kita harus mengikuti sebuah arus bernama takdir.
Ubah hidupmu.
Tentukan takdirmu sendiri. Karena tak ada satupun orang hebat yang berhasil
karena mengikuti takdir. They build their own
fate.
Now, for the last time, I remembered you once again
with this question: "if you have a chance to change your fate, would
you?"
Gambar diunduh dari sini |
Tuesday, June 12, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kematian
Beberapa hari silam
cukup menjadi hari yang kelabu bagi seorang yang saya kenal dengan sangat baik.
Ia didiagnosa dokter memiliki tekanan darah tinggi atau biasa disebut
hipertensi di usianya yang masih amat muda. Fakta mencatat bahwa hipertensi
merupakan "the silent killer"
karena dapat berisiko tinggi bagi kesehatan namun tanpa adanya gejala-gejala
yang signifikan. Hipertensi sendiri dikatakan sebagai faktor risiko untuk
stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit mematikan lainnya.
Fakta-fakta inilah yang kemudian menjadikan hari-hari teman saya menjadi
terlihat kelabu.
gambar diunduh dari sini |
Ia takut mati.
Masa mudanya
baik-baik saja selama ini. Ia ceria, banyak berteman, hidupnya sama sekali
tidak terlihat banyak memiliki beban. Namun ketika hasil diagnosa dinyatakan
tepat, ia tak lagi bersikap seperti biasa. Tak ayal ia tertekan karena
kenyataan pahit tersebut. Ini bukan penyakit biasa yang secara medis mudah
untuk disembuhkan. Butuh gaya hidup yang benar-benar jauh berbeda dari apa yang
selama ini ia jalankan.
Fakta mengenai
kematian memang selalu menyedihkan. Tak ada satupun manusia di dunia bisa
menebak kapan harinya akan tiba. Hari dimana sebuah nafas tak lagi dapat
dinikmati, sebuah hari tak lagi akan berganti. Kita bicara mengenai akhir dan
hampir semua orang menghindari perbincangan mengenai akhir dari kehidupan, namun
tidak dengan teman saya ini. Pada akhirnya, ia banyak berbincang mengenai topik
terkait kematian.
gambar diunduh dari sini |
Baginya kematian
hanyalah sebuah fase dalam rangkaian kehidupan yang harus kita jalani. Sama
seperti kita melewati masa kanak-kanak, kemudian menjadi remaja, dan menjadi
orang dewasa dengan segala tanggung jawabnya, kematian juga merupakan fase yang
pasti akan dilewati oleh setiap kita. Bedanya ialah tidak ada satu orangpun
yang tau bagaimana ia akan melewati fase tersebut. Ia takut dengan kematian,
awalnya. Hingga ia belajar tentang kehidupan.
Once you learn how to die, you learn how to live.
Kata-kata Morrie
Schwartz itu muncul begitu saja. Pembelajaran mengenai kehidupan dimulai
sebenarnya ketika kita belajar mengenai kematian. Andai kita tahu secara pasti
kapan kita meninggalkan dunia ini, kita akan melihat kehidupan dengan sangat
berbeda. Amat berbeda.
If we accept the fact that we can die at any time,
we'd lead our lives differently.
Teman saya tersebut
kemudian menceritakan bagaimana ia mengubah pola hidupnya, tak hanya bagi
dirinya sendiri, tapi juga bagi masa depannya. Pernahkah kita berpikir
demikian? Menjaga kesehatan kita semenjak dini untuk masa depan kita? Untuk
istri atau suami kita? Untuk anak-anak kita? Masih maukah kita melihat
perkembangan anak kita suatu saat nanti? Menikmati hari tua bersama dengan cucu
kita? Jika ya, pandanglah kesehatan dalam kehidupan dengan cara yang berbeda.
Topik mengenai
kematian membawa banyak sekali perubahan atas apa yang teman saya lakukan
kepada dirinya. Ia kini tak lagi tertekan dengan kondisi penyakitnya tersebut.
Sebaliknya, ia belajar bagaimana mengelola kehidupan agar menjadi lebih baik.
Ia telah belajar bagaimana menerima kematian sebagai sebuah fase yang akan
terjadi dalam hidupnya, sehingga ia dapat belajar bagaimana sebuah kehidupan
yang penuh arti dapat membawa kebahagiaan di masa depannya.
"Dying is just one thing to sad about,"
katanya pelan. "Living unhappily, that's
another matter."
Ia memilih untuk
melanjutkan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. Ia memilih untuk terus
berkutat dengan mimpi dan passion dalam
dirinya untuk kegerakan anak-anak muda Indonesia.
Dan kematian baginya
adalah sebuah pembelajaran. Tak kurang, tak lebih. Pembelajaran untuk kita bisa
melihat kehidupan secara lebih baik. Lebih bermakna. Dan kehidupan yang penuh
dengan kebahagiaan sedang menunggu di depan sana...
gambar diunduh dari sini |
Monday, June 11, 2012
Gue Udah Buat Apa?
Gue lahir tahun 89.
Oktober tahun ini umur gue akan genap 23 tahun. Umur yang masih tergolong muda
memang, tapi entah kenapa gue merasa gak puas sama hidup gue sekarang. Bukan
karena gue hidup kekurangan dan malah menyalahkan kondisi, tapi gue merasa hidup
gue masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Gue merasa bahwa gue bisa
melakukan lebih dari apa yang udah gue lakukan sampai sekarang ini. Malahan gue
merasa belum buat apa-apa. Belum memberikan kontribusi apa-apa.
Beberapa tahun
belakangan ini gue baru jatuh cinta sama Indonesia. Ya, rasa cinta gue sama
negeri ini masih seumur jagung. Pernah ada suatu masa dimana gue gak bangga
tinggal Indonesia. Siapa bisa bangga tinggal di negara yang terkenal korup,
sarang teroris, tingkat kemiskinan yang tinggi, politik kotor, ngakunya
Bhinekka Tunggal Ika tapi gak menghargai perbedaan. Siapa yang bisa bangga sama
itu semua?
Tapi semua paradigma
itu berubah 180 derajat. Gue lupa kapan pastinya, tapi gue inget jelas waktu
hati gue terbakar semangat saat baca buku Nasional.is.me
yang dikarang @pandji. Menurut gue buku itu jadi suplemen lengkap banget buat
gue untuk jatuh cinta lebih dalam sama Indonesia. Gue akhirnya sadar bahwa
negeri ini masih punya harapan gede banget untuk berubah dan berkembang ke arah
yang jauh lebih baik.
gambar diunduh dari sini
|
Sejarah mencatat
bahwa perubahan besar selalu diinisiasi oleh anak muda. Perjuangan yang digagas
pahlawan masa lampau juga karena pemuda. Intinya pemuda punya kekuatan yang
sebegitu dahsyat untuk dapat membuat perubahan dan juga perkembangan suatu
negara.
Gue mikir, 23 tahun
hidup gue udah buat apa untuk negeri ini? Seenggaknya apakah gue udah buat
sesuatu buat banyak orang? Atau gue terlalu sibuk sama diri sendiri sampai lupa
kasih kontribusi apapun? Sebegitu egoiskah diri gue?
Selama perjalanan,
gue pernah bertemu orang-orang hebat yang menjadi inspirasi bagi banyak orang
untuk melakukan lebih dari apa yang selama ini mereka lakukan. @alandakariza
adalah salah satunya. Penulis buku terbaru dream
catcher ini baru berusia 21 tahun! Kecintaannya dalam dunia menulis
memampukan Alanda menerbitkan buku pertamanya pada umur 14 tahun. Ia juga
memprakarsai kegerakan @IndonesianYouth dimana menjadi wadah aspirasi pemuda
Indonesia yang rindu menciptakan perubahan di Indonesia. Komunitas sosial The Cure For Tomorrow yang berdiri di tahun
2006 juga hasil dari buah pikirannya. Seorang yang luar biasa buat gue. Dia
juga pacar dari comic stand-up favorit
gue, @adriandhy.
(@alandakariza) gambar diunduh dari sini |
@imanusman menjadi
pendiri Indonesian Future Leaders (IFL) ketika usianya masih 18 tahun. Hingga
kini IFL menjadi salah satu komunitas pembawa inspirasi terbaik bagi ratusan
bahkan ribuan anak muda di seluruh Indonesia untuk dapat menciptakan bahkan memimpin sebuah perubahan. Akhir tahun ini Iman akan berusia 21 tahun, namun
penghargaan yang ia terima atas ide dan perubahan yang ia buat telah melebihi
usia fisiknya. Tidak hanya penghargaan dari dalam negeri, Iman juga telah
mendapat beberapa penghargaan dari luar negeri sebagai salah satu pemuda yang
menjadi inspirator perubahan terbaik di negeri ini.
(@imanusman) gambar diunduh dari sini |
Gak hanya di bidang
pendidikan dan sosial, bidang wirausahapun sekarang ini banyak dirambah oleh
kalangan muda. @bongchandra adalah salah satu wirausaha sekaligus motivator yang
gue kagumi hingga sekarang. Semangatnya untuk membangun para anak muda dan banyak
orang lainnya untuk berani memulai usaha menjadi poin penting mengapa ia
sukses. Di usianya yang ke 22 tahun, ia berhasil membangun proyek perumahan
seluas 5 hektar dengan nilai investasi Rp 180 Milyar. Selain itu, ia juga telah
menulis 2 buku yang sangat memotivasi para pembaca untuk berani melakukan
perubahan dalam hidupnya dan hidup sukses. Kini Bong Chandra baru berusia 25
tahun, namun ia telah memotivasi puluhan ribu orang baik di Indonesia maupun
manca negara dengan ide-ide kreatif dan pengalamannya yang luar biasa.
(@bongchandra) gambar diunduh dari sini |
Jika ditelaah lebih
jauh lagi, masih banyak banget anak-anak muda yang telah memberi kontribusi
nyata gak cuma sama banyak orang, tapi juga buat negara ini. Lantas, apa yang
jadi perbedaan sebegitu signifikannya antara gue, lo dan mereka? Gue percaya
Tuhan sama-sama kasih potensi dan talenta yang sebegitu luar biasanya kepada
semua umat manusia. Gak ada satu orang yang dikasih potensi lebih gede
dibanding yang lain. Gue percaya semua dikasih potensi dalam takaran yang sama,
seukuran bibit.
Ya, buat gue Tuhan
udah kasih bibit potensi ke kita semua saat kita dijadikan. Tapi yang jadi
pertanyaan, bibit itu kemudian kita apakan? Gue yakin mereka yang berhasil di
masa mudanya adalah mereka yang menemukan cara yang tepat untuk menumbuhkan
bibit potensi dalam hidup mereka. Bukan berarti kita gak bisa seperti mereka.
Kita bahkan bisa melakukan lebih dari apa yang mereka buat. Pertanyaannya: kita
mau gak? Kalo mau, ayo cari cara supaya bibit potensi itu tumbuh besar dan lakukan
sesuatu dengan itu. Buat kontribusi nyata. Cuma itu kuncinya.
Oleh karena
pemikiran itu, gue merasa gak puas sama hidup gue. Banyak orang yang secara
umur masih dibawah gue tapi kontribusi yang dia lakukan bagi banyak orang udah
jauh lebih banyak daripada apa yang gue lakukan. Sejujurnya gue malu. Malu
karena sampai sekarang sedikit banget hal yang gue kerjain untuk orang lain,
terlebih buat negeri ini. Gue sangat merasa terbakar menumbuhkan bibit potensi gue agar
bisa memberikan kontribusi nyata buat banyak orang. Buat Indonesia.
Gue rasa belum
terlambat mengubah semuanya ini. Umur gue masih panjang dan masa muda gue
belum habis. Gue masih bisa melakukan sesuatu dan ciptakan perubahan. Gue yakin
gue bisa, dan gue mau. Gak ada alasan buat gue gak melakukan sesuatu buat
Indonesia karena gue bener-bener jatuh cinta sama negeri ini. Gue juga mau
tunjukkin ke dunia bahwa Indonesia masih punya harapan. Negeri ini masih punya peluang untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Dan semuanya itu harus dimulai
dari pemuda.
Ya, dimulai dari lo
dan gue. Pemuda Indonesia.
Sedikit mengutip kata-kata Bung Hatta: "Hanya ada satu negara yang menjadi negaraku. Ia tumbuh melalui perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku."
(@frankie70172) koleksi foto pribadi |
<< Pemuda penginisiasi perubahan bagi Indonesia selanjutnya
Tuesday, June 5, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #3
Dalam sebuah acara,
sempat saya ditanyakan sebuah pertanyaan yang membuat saya merefleksikan diri
saya. Kira-kira bentuk pertanyaannya seperti ini: "Jika kita meninggal
hari ini dan diberi kesempatan kedua untuk hidup kembali saat itu juga, apa
yang ingin kita perbaiki?"
Kematian bagi banyak
orang merupakan hal yang menakutkan. Terlepas dari apa kepercayaan Anda dan
saya mengenai dunia setelah kehidupan, mengenai keberadaan surga ataupun
neraka, mengenai kehidupan kembali, dan lain sebagainya, kematian merupakan
topik yang seringkali dihindari oleh banyak orang. Kematian merupakan fase yang
siapapun tak ingin cepat-cepat sampai disana. Bahkan orang yang paling rohani
pun -- jika dapat -- ingin masuk surga tanpa harus melewati fase bernama
kematian.
Namun, pertanyaan
tersebut membawa saya kepada sebuah perenungan, apakah saya telah menemukan apa
yang benar-benar saya inginkan dalam hidup saya? Sudahkah saya berdamai dengan
diri saya sendiri? Bagaimana relasi saya dengan keluarga inti saya? Sudahkah waktu
saya dipakai untuk mendekatkan diri pada mereka? Atau saya terlalu sibuk dengan
dunia saya sendiri tanpa memerdulikan mereka? Bagaimana relasi saya dengan
teman-teman saya? Apakah mereka akan kehilangan jika saya meninggal, atau hanya
bersikap biasa saja?
Berpuluh-puluh
pertanyaan terlintas begitu saja dalam sebuah perenungan. Saya tidak mengerti
mengapa, tapi satu hal yang jelas saya tahu bahwa kehidupan tidak memiliki
tombol "return". Keputusan kita adalah tetap berada di posisi kita
sekarang atau memilih untuk berubah, memperbaiki setiap hal yang
"rusak" di masa lampau.
I know that we can't go back in the past to do
something right in that time, but all I know is we surely can decide to do
something to fix it all in this time.
All you have to do is just decide…
Kembali pertanyaan
awal, apa yang ingin kita perbaiki jika kita memiliki kesempatan kedua?
Pikirkan baik-baik. Bagaimana jika itu terjadi sungguhan dalam kehidupan kita
secara tiba-tiba? Siapkah kita?
Sebuah kesempatan
kedua sebenarnya kita peroleh setiap pagi dalam hidup kita. Saat kita kembali
membuka mata untuk melihat dunia, itu adalah kesempatan baru bagi kita.
Kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru dan saat untuk memperbaiki yang
lalu. Tak ada kesempatan baru yang lebih baik daripada kesempatan yang kita
dapat setiap pagi. Tak ada kesempatan yang lebih berharga daripada kesempatan
membuat hidup semakin baik setiap harinya. Tak ada kesempatan yang lebih besar
dari ini!
Semua kembali kepada
keputusan kita. Apakah kita ingin memakai setiap kesempatan tersebut untuk
menjadikan diri kita semakin lebih baik serta memperbaiki setiap hubungan yang
belum terjalin denganbenar, atau menganggap bahwa semua kesempatan itu merupakan
kesempatan rutin biasa yang memang datang setiap hari dan tidak memiliki nilai?
Keputusan ada di
tangan Anda.
You decide. You act. A GREATER you and your
relationship is in your own hand. Your own decision. Decide well...
Tuesday, May 29, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #2
Kesempatan biasanya
datang bersamaan dengan tantangan.
Kita memang tak
pernah dapat mengira kapan sebuah kesempatan datang menghampiri kita.
Kesempatan adalah suatu hal yang tak dapat kita prediksi kehadirannya. Namun,
satu hal yang pasti bahwa kesempatan memang datang bersamaan dengan sebuah
tantangan. Kita jelas tak akan mendapat sebuah kesempatan jika kita tidak
berani menghadapi tantangan.
Just think about this: opportunity comes when we see
something bigger upon us, right? Would we call something usual or smaller than
what we do now as an opportunity? NO! We call something as an opportunity or
chance just when we know that we will be a better and greater person if we can
deal with that thing.
Yes, opportunity is a big thing…
Orang besar ialah
orang yang berhasil memaksimalkan kesempatan yang datang kepada mereka dengan
sebaik-baiknya. Tak ada satupun orang
yang menjadi besar tanpa melalui kesempatan-kesempatan yang datang kepada
mereka. Sekarang pertanyaannya ialah, apakah kita siap ketika kesempatan datang
pada kita? Siapkah kita ketika sebuah promosi menghampiri? Siapkah kita saat
tanggung jawab yang lebih besar diberikan pada kita? Siapkah kita saat hubungan
terjalin ke jenjang yang lebih lanjut?
Are we ready yet? Because whatever the condition -- ready or not -- opportunity will come
upon us, and what happen next will depend on our readiness.
Responi dengan baik
setiap tantangan-tantangan kecil yang ada di depan kita. Dengan begitu kita
akan siap menghadapi tantangan yang besar nantinya. Karena seringkali
kesempatan datang bersamaan dengan tantangan. Perlengkapi diri kita dengan
melakukan hal-hal kecil, karena dengan begitu kita akan siap menghadapi hal
besar yang akan datang kepada kita.
Saya percaya satu
hal bahwa ketika kita tidak bisa melakukan dengan baik hal atau kesempatan
kecil yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kita juga tidak dapat
melakukan dengan baik hal atau kesempatan besar yang akan datang kemudian. Apa
yang kecil yang biasa kita lakukan adalah bentuk persiapan ketika suatu hal
besar datang menghampiri satu saat nanti.
Kita tak pernah tahu
kapan "suatu saat nanti" akan datang. Bisa besok, dua hari lagi,
minggu depan, atau mungkin tahun depan. Namun satu hal yang pasti, lakukan
dengan baik setiap hal kecil yang bisa kita lakukan. Tidak banyak orang yang
mau mempersiapkan dirinya sebelum kesempatan datang. Masih banyak yang masih
memegang pemikiran bahwa "pasti ada kesempatan kedua".
Hey, why are you waiting for second chance if you can
win in the first time?
Satu-satunya hal
yang dapat membuat kita menang ketika kesempatan datang adalah dengan
persiapan. So, prepare yourself. Jangan
menjadikan diri cuek dengan hal-hal kecil. Sebaliknya, lakukan dengan baik
setiap hal sehingga bisa mempersiapkan kita menghadapi kesempatan besar di
depan.
Because we never know where an opportunity can bring
us...
Sebuah Pita Ungu
Sebuah tulisan untuk memperingati hari jadi Psikologi ke 20. Sebuah tulisan untuk duapuluhpsikologi.wordpress.com.
A wise man said that God has a million ways to create some happiness in our life, even in the smallest way that we can realize. I am not a wise man, but deep in my heart, I believe…
Sebuah hal kecil
yang membuat saya bahagia adalah pita ungu. Apa istimewanya sebuah pita ungu?
Mari saya jelaskan.
Saya adalah seorang
biasa yang lulus dari sekolah biasa. Saya bukan seorang lulusan dengan nilai
terbaik, bahkan saya tidak menyandang gelar apapun saat masuk ke jenjang
kuliah. Bagaimana tidak, bahkan organisasi sekolah pun enggan saya geluti
karena merasa tak ada faedahnya buat saya.
Saya benar-benar
bukan siapa-siapa.
Psikologi Atma Jaya
menjadi tempat persinggahan saya selanjutnya. Bermodal nekat menjalani psikotes
gelombang pertama menghasilkan kejutan bagi saya: saya gagal. Tidak tertera
nama saya di papan pengumungan penerimaan mahasiswa baru gelombang pertama. Ya,
nama saya tidak ada. Saya gagal. Saya tidak diterima. Psikologi Atma Jaya
menolak saya.
Tidak ada
penjelasan. Tidak ada pemberitahuan. Harapan saya hampir kandas ketika itu.
Apakah seorang biasa memang tak bisa berada di tempat luar biasa? Tempat dimana
banyak orang bercerita mengenai betapa istimewanya berada di kalangan fakultas
tenar di Atma Jaya. Saya benar-benar hampir putus asa.
Namun beruntung bagi
saya karena di kesempatan kedua saya melihat nama saya tertera di papan
pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Saya berhasil diterima. Nama saya menjadi
bagian dalam keluarga besar psikologi Atma Jaya . Ya, fakultas Psikologi Unika
Atma Jaya. Saya memang tak ingat apa yang saya lakukan untuk mengekspresikan
rasa gembira saya, namun jelas saya tak bisa lupa rasa bahagianya. Rasa yang
saya rasakan hingga sekarang.
Psikologi itu
identik dengan warna ungu. Awalnya menjijikan bagi saya mengetahui hal
tersebut. Isu beredar bahwa ungu bukanlah warna idaman. Ungu itu warna janda.
Warna yang tidak menarik perhatian sama sekali. Warna yang menjadi bahan cemooh
banyak orang. Betapa malunya saya ketika ternyata selama masa bimbingan di
psikologi, saya diharuskan mengikat sebuah pita ungu di tangan saya yang
membuktikan saya adalah mahasiswa baru dalam keluarga psikologi.
Saya bukan janda!
Saya juga tidak menjalin hubungan dengan seorang janda. Ibu saya bukan janda.
Mengapa harus pita ungu yang terikat di tangan saya setiap harinya? Memalukan.
Sebisa mungkin saya menyembunyikan tangan saya yang terikat pita ungu. Saya tak
mau dianggap janda. Saya tak mau membanggakan hal yang memalukan.
Butuh waktu satu
tahun untuk merubah paradigma itu. Memutarbalikkan fakta bahwa tak ada warna
janda. Ungu punya representasi artinya sendiri. Ungu itu artinya setia.
Satu-satunya warna yang merepresentasikan kesetiaan. Warna yang menunjukkan
sebuah ikatan kebersamaan. Setia.
Malu rasanya sempat
berada pada pemahaman yang salah akan sebuah warna. Hingga sekarang, saya
menyadari satu hal bahwa kebahagiaan saya sebenarnya dimulai ketika saya
mengikatkan tangan saya dengan sebuah pita ungu. Saat dimana saya berada di
jenjang awal dunia baru di kehidupan saya. Psikologi, yang hingga kini menjadi
pijakan yang tak pernah saya sesali. Dengan segala cerita selama empat setengah
tahun, saya merasa puas mengikatkan diri pada kesetiaan yang membuat saya
belajar.
Satu fase kehidupan
kembali dijejaki. Cerita-cerita yang berjalan bersama, kembali saya pelajari.
Hingga kini saya tak lagi menyesal dan malu akan pita ungu yang terikat di
tangan saya. Bagi saya makna yang terkandung di dalamnya amat kuat. Sebuah
kesetiaan yang terbukti dari kebersamaan. Sebuah trademark
yang selalu kami junjung tinggi, bahwa psikologi
gak pernah misah-misah.
Ya, hingga kini
kebahagiaan itu masih terpancar di sebuah pita ungu yang masih terikat ini.
Bukan lagi di tangan, tetapi di hati. Saya bangga pernah berada di keluarga
besar yang mengajarkan saya mengenai kesetiaan ini. Selamat ulang tahun
Psikologi. Kesetiaanmu akan selalu ada dan teruji bagi kami. Terus sinari warna
ungu-mu tanpa malu, dan teruslah setia.
Always be a little happiness for us.
Tuesday, May 22, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #1
Kesempatan adalah
tema yang besar bagi saya. Setiap saat dalam hidup, kita dihadapkan pada
kesempatan-kesempatan yang mungkin akan memengaruhi hidup kita.
Kesempatan-kesempatan yang mungkin daripadanya perubahan hidup kita dimulai.
Hampir tak mungkin dalam hari yang kita lalui tak tersimpan kesempatan yang
dapat kita gunakan.
The question is: do you really aware with all
opportunities that came in your life? Or you just run your day over and over
without realize anything?
Kesempatan
seringkali datang dengan cara yang tidak terduga. Bahkan terkadang datang
bersamaan dengan hal kecil yang biasa kita sepelekan. Cuek menjadi pilihan bagi
kita terhadap hal-hal kecil tersebut. Namun kita selalu menggambarkan
kesempatan sebagai sebuah hal atau kejadian besar yang bisa kita lihat, bisa
kita rasakan sepenuhnya, sehingga kita banyak tidak memerdulikan sebuah
kesempatan kecil yang mungkin memberi pengaruh besar bagi hidup kita.
Salah satu film
favorit saya, Evan Almighty, merupakan sebuah film yang juga mengajarkan kepada
saya mengenai sebuah kesempatan. Dimulai dengan seorang tokoh bernama Evan yang
mencalonkan diri sebagai seorang kongres di Amerika dan berdoa kepada Tuhan agar
membantunya untuk dapat mengubah dunia. Kemudian Tuhan menggunakan cara yang
sangat tidak biasa untuk membantu Evan menjadi seorang pengubah dunia.
Pelajaran yang saya
ingin bagikan bukan berada di poin tersebut. Pelajaran mengenai kesempatan
datang ketika keluarga tersebut tidak lagi dapat bertahan dengan apa yang
dilakukan Evan. Satu demi satu hal mulai menjadi alasan dalam memicu konflik
keluarga, hingga pada satu saat sang istri tak lagi tahan dan memilih untuk
meninggalkan Evan sendirian.
Dalam satu momen
makan siang, Morgan Freeman yang mengambil peran sebagai Tuhan menyatakan hal
yang sangat baik mengenai kesempatan kepada istri Evan yang berencana
meninggalkannya, dan pembelajaran inilah yang ingin saya bagikan.
Just reflect with these questions: If someone prays for patience, you think God gives
them some patience? Or does He give them the opportunity to be patient?
If someone
pray for courage, you think God gives them courage immediately? Or does He give
them an opportunity to be courageous?
And if someone pray for their family to be closer,
you think God zaps them with warm fuzzy feelings? Or does He give an
opportunity to love each other?
Kesempatan. Sebuah
peluang yang datang disaat - mungkin bagi kita - tidak tepat, namun sebenarnya
dapat mengubah cara pandang kita. Arah hidup kita. Hanya kita yang terkadang
sulit melihat sebuah kesempatan dalam masa sulit hidup kita.
Sekarang, apa masa sulit yang sedang kita hadapi? Kuliah, pekerjaan, keluarga, keuangan,
persahabatan, hubungan? Mungkinkah di dalam masa tersebut, Tuhan sedang
menyisipkan sebuah kesempatan bagi kita? Kesempatan bagi doa yang kita gumamkan
kepadaNya.
Tinggal giliran kita
yang menentukan sikap bagi kesempatan yang Tuhan berikan itu.
Karena kesempatan
seringkali datang diluar bayangan kita, dan tidak semua hal yang datang untuk
memproses kita karena sebuah kebetulan. Mungkin itu adalah jawaban dari doa
kita. Sebuah kesempatan untuk memperjuangkan apa yang kita pinta.
Tuesday, May 15, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kebahagiaan
Beberapa minggu ini,
saya disuguhkan dengan beberapa wacana mengenai kebahagiaan. Mulai dari buku berjudul "delivering happiness" yang saya baca,
hingga cerita hidup beberapa teman mengenai kebahagiaan yang ia tuju dalam
hidupnya. Saya sendiripun merasakan sebuah kebahagiaan kecil yang belum lama
dimulai dalam kehidupan saya sekarang, dan kebahagiaan tersebut dipercik dari tempat
kantor dimana saya bekerja.
Hari ini saya tak
banyak menyinggung tentang pekerjaan yang saya geluti. Suatu saat saya akan
banyak menceritakannya disini. Namun, yang menjadi perhatian saya sekarang
ialah mengenai kebahagiaan.
Coba berpikir
sejenak, sebenarnya untuk apa kita bekerja? Untuk apa kita mengentaskan
pendidikan yang sedang kita jalani sekarang? Untuk apa kita menjaga kesehatan
kita sedemikian rupa? Untuk apa kita mencoba mencari seorang pasangan hidup
demi masa depan kita?
In the end, it turns out that we're all taking
different paths in pursuit of the same goal: happiness.
Kebahagiaan adalah
sebuah hal yang sama yang kita kejar dalam kehidupan ini. Kebahagiaan adalah
dasar dari semua hal yang kita lakukan, bukan? Cobalah sejenak merenungkan
jawaban dari semua pertanyaan di atas. Pada dasarnya, jika kita terus tanya
"mengapa" kita melakukan sesuatu hal yang dirasa baik dalam hidup
kita, akhir pernyataannya ialah karena kita ingin bahagia.
Ya, karena kita
merindukan sebuah kebahagiaan dalam hidup kita. Tak ada satu manusiapun yang
tak ingin merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tak ada satupun dari kita yang
menganggap remeh sebuah kebahagiaan.
Happiness is really a BIG deal!
Now, the question is: are you happy? Are you really pursuit some happiness in
whatever you do? Or you just do daily routines without reaching anything in the
end?
Beberapa teman
menyatakan bahwa ia tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Kuliahnya yang
berantakan, teman-teman yang meninggalkannya, keluarga yang tidak peduli
padanya. Ia merasa bahwa tak ada lagi kebahagiaan yang bisa ia capai. Betulkah
itu?
Remember one thing: happiness come from inside not
outside.
Film Will Smith yang
berjudul pursuit of happiness
mengingatkan saya akan hal tersebut. Lingkungan mungkin tak sejalan dengan apa
yang kau inginkan, namun satu hal yang pasti, kau masih dapat mengejar
kebahagiaan.
Kebahagiaan bukan
berbicara mengenai seberapa banyak uang yang kau punya. Bukan pula berbicara
mengenai jabatan apa yang kau jalani sekarang. Dengan jelas, kebahagiaan
berbicara mengenai seberapa kau bersyukur dengan apa yang kau punya dan sedang
kau lakukan sekarang.
Now think it seriously, Are you happy? I mean, really
happy with your life? Really happy with all you have? Really happy with all you
are?
If the answer is yes, then share your happiness with
the other. Because like Buddha says: "thousands of candles can be lit from
a single candle, and the life of the candle will not be shortened. Happiness
never decreases by being shared."
Tuesday, May 8, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Mengucapkan Terima Kasih
Kapan terakhir kali
kata 'terima kasih' terucap dari mulut kita? Apakah kita lebih memilih diam dan
bermuka datar daripada memakai satu detik kita untuk tersenyum dan mengucapkan
kata terima kasih?
Kata terima kasih
seringkali kita tujukan kepada orang lain yang bersedia membantu kita dalam
melakukan sesuatu. Kata ini juga menjadi wajib diucapkan ketika kita mendapat
sebuah pemberian dari pihak lain. Nyatanya begitu banyak kesempatan bagi kita
untuk mengucapkan kata terima kasih, namun penelitian pernah menyatakan bahwa
kata 'terima kasih' merupakan salah satu kata yang paling sulit diucapkan oleh
seseorang. Apa yang menyebabkan begitu banyak orang menganggap tabu kata ini?
Think about this: how can the other people do respect
us if we can't respect them first in every tiny thing they do?
You will not be respected in your big thing you do if
you can't respect the other for a small
thing.
Sebagai seorang yang
berkarir di bidang pelatihan, saya belajar bahwa sebuah kata 'terima kasih'
dapat menjadi sebuah reinforcement
positif bagi seseorang dan dapat menstimulasi orang tersebut untuk melakukan
hal baik secara berkesinambungan. Perlu sebuah kedewasaan untuk mengucapakan
kata 'terima kasih' secara tulus kepada orang lain.
Ya, ini serius.
Butuh cukup kedewasaan untuk mengucapkan 'terima kasih' secara tulus kepada
seseorang. Kita mudah memberi penghargaan kepada orang yang telah berkontribusi
besar bagi hidup kita. Namun agaknya sulit untuk memberikan penghargaan kepada
orang yang membantu kita dalam hal kecil. Bagaimana dengan kita?
Just smile and a little thank you can make a great
differences in someone's life.
Renungkan ini: jika
sebuah kata 'terima kasih' sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang,
maka hal tersebut juga menjadi penting bagi kita, bukan?
Mungkin telah
terbiasa kita mendengar sebuah ucapan terima kasih atas hal yang kita lakukan
dari orang lain. Sudah lumrah ditelinga kita kata 'terima kasih' mendarat atas
kita. Banyak dari kita tidak khawatir atas kata tersebut. Tapi pernahkah kita
mengucapkan terima kasih atas diri kita sendiri?
When the last time you say to yourself: "hey me,
thank you."?
Thank you for keeping me strong in every obstacle we
had.
Thank you for keeping me healthy and stay away from all
dangerousness.
Thank you for hard work so we can catch up this way.
Thank you for all tears that make me realize about
the meaning of life.
Above all, thank you for accepted me all I am.
Thank you.
Pernahkah kita
mengambil sedikit waktu kita setiap harinya untuk memberikan sedikit
penghargaan atas apa yang diri kita lakukan?
Satu menit berterima
kasih, berdampak besar bagi hidup kita.
Maybe this is not a good note that written
systemically, but I hope this note can inspire you to take a minute to say
'thank you' for yourself. So, just close your eyes and start thanking yourself.
Tuesday, May 1, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Menyelesaikan Perjalanan
Belakangan ini saya
sangat menghargai quality time yang bisa
saya habiskan bersama dengan keluarga maupun teman-teman saya. Maklum, saya
sekarang telah terikat jam kantor dan sulit berinteraksi dengan banyak orang
selain rekan-rekan di kantor sehingga waktu-waktu bersama keluarga dan
teman-teman lain menjadi amat berharga buat saya.
Beberapa pertemuan
banyak diisi oleh kisah-kisah menyenangkan yang membuat saya lupa dengan
lelahnya pekerjaan kantor, beberapa diisi oleh curahan hati yang membuat saya tenggelam dalam ceritanya.
Banyak kisah yang membuat saya larut dan belajar sebuah pengalaman seseorang.
Dalam suatu malam,
seorang teman bercerita mengenai pengalamannya ketika menumpangi sebuah
angkutan umum. Ia menjadi penumpang setia sebuah kendaraan umum untuk
membantunya tiba di kantor maupun ketika ia beranjak pulang ke rumah.
Hari-harinya memang dipenuhi dengan kemacetan Jakarta di dalam sebuah angkutan
umum.
Pernah suatu kali ia
merasakan kejanggalan dalam angkutan umum yang ia tumpangi saat itu. Seringkali
supir harus turun dari kendaraan untuk menyiram ban depannya. Setelah beberapa
kali dilakukan, teman saya memberanikan diri untuk bertanya, dan ternyata hal
tersebut dilakukan karena ban depan dari angkutan umum tersebut panas. Tekanan
udara di dalam ban yang tidak kondusif dengan
kondisi suhu di luar yang cukup panas dapat menyebabkan ban dapat
meletus setiap saat. Oleh sebab itu supir harus rela keluar dari kendaraan
untuk beberapa kali menyiram ban agar suhu tetap stabil.
Teman saya sempat
berpikir, mengapa tak dikeluarkan saja semua penumpang dan pindahkan ke
kendaraan lain yang mempunyai tujuan yang sama? Bukankah hal tersebut akan
membuat supir lebih leluasa untuk melihat kendaraannya secara menyeluruh?
Bukankah dengan kondisi tersebut supir menjadi tidak was was akan kendaraannya?
Sambil
mengerenyitkan alis mata, teman saya mengemukakan sebuah insight menarik bagi saya atas kejadian
tersebut. Ia menyatakan bahwa dalam sebuah kehidupan seringkali kita harus
berhadapan dengan 'ban panas'. Kita harus rela beberapa kali berhenti dan
menyiram 'ban panas' tersebut. Mudah saja sebenarnya untuk menyerah dan menurunkan
muatan. Namun, satu hal yang patut digarisbawahi: apakah kemudian kita
menyelesaikan perjalanan kita?
Supir tersebut dapat
saja dengan mudah memindahkan penumpang ke kendaraan lainnya yang memiliki arah
tujuan yang sama. Namun jika ia melakukan hal tersebut, ia tidak menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik. Ia tidak mencapai sebuah akhir dalam perjalanannya.
Ia menyerah di tengah jalan hanya karena sebuah ban yang panas.
Apa 'ban panas' yang
sedang kau alami sekarang? Mulai lelah dengan kehidupanmu? Tugas yang tak
kunjung selesai? Tuntutan yang semakin besar? Tanggung jawab - tanggung jawab
yang menumpuk untuk diselesaikan? Masalah relasi yang tak kunjung usai?
Jangan lupakan satu
hal: turunlah dan siram ban panasmu.
Mungkin butuh waktu
yang lebih lama untuk tiba di tempat tujuan. Mungkin butuh usaha yang ekstra
untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun satu hal yang pasti, kau menyelesaikan
pekerjaan dengan baik. Kau menyentuh garis finish
dan usahamu tak pernah sia-sia.
Even in the worst condition, there's always a way to
catch up the finish line.
All you have to do is just stop. Stabilize your hot
tires. And move again.
Maybe need more time to reach the goal, but one thing
you need to realize: you've done your job when there's opportunity to give up.
Selesaikan
perjalananmu. Dan kau akan membuat sebuah kisah baru dalam sebuah panggung
kehidupan.
Monday, April 9, 2012
Sorry For The Inconvinience
AHHH!!!! Lama gak nulis di blog...
Bukan karena gue udah gak niat nulis, tapi bener-bener karena kejadian langka yang gak pernah gue duga sebelumnya.
Laptop gue wafat...
Semenjak pertengahan Maret kemarin gue bener-bener dibuat kaget karena laptop kesayangan gue ngambek dan gak mau nyala. Tombol turn on seakan cuma jadi penghias karena udah gak berfungsi sebagai mana mestinya untuk membuat laptop gue hidup dan membantu gue menjelajahi dunia maya.
Gak banyak yang bisa gue lakukan. Dari percobaan halus hingga eksperimen kasar udah gue coba untuk membangkitkan laptop gue dari kematian. Sihir Harry Potter gue rasa juga gak mempan. Tibalah waktunya gue menerima kenyataan kalo laptop gue telah tiada. Beserta file yang membantu gue selama di kuliah.
Sepeninggalnya laptop itu, gue dibuat gak bisa nulis lagi karena keterbatasan fasilitas untuk gue bisa menjelajahi dunia maya dan membuka blog untuk sekedar membuat update..
Dengan ini, gue sangat meminta maaf atas ke-bolong-an tulisan-tulisan yang seharusnya gue selesaikan dan gue teruskan..
#SepenggalSelasa sudah beberapa minggu vakum dan cerita tentang Sawarna agaknya udah basi..
Tapi gue akan mengusahakan agar bisa diselesaikan semuanya.. Mudah memang untuk mulai, tapi mengusahakan untuk tetap menulis sesuatu yang bermanfaat itu butuh effort luar biasa. Dan sekarang effort gue sedang diuji.
Sekarang gue gak banyak punya waktu menulis karena sudah terikat dengan jam kantor, tapi menulis bukanlah suatu hal yang dilakukan di waktu luang bukan? Seorang teman pernah berkata, "jangan menulis di waktu luang, tapi luangkan waktumu untuk menulis."
Yup! Gak akan pernah ada "waktu luang" kalo kita gak pernah bikin. So, luangkan waktu untuk apa yang lo suka. Jangan cuma kerjain sesuatu yang lo suka di waktu luang, karna lo gak akan nemuin "waktu luang" itu.
Jadi, gue akan lebih berusaha untuk meluangkan waktu menulis hal-hal yang menarik. Dan gue gak suka meninggalkan tulisan gue begini aja.
Jadi mohon maaf atas kelalaian gue di blog ini, dan tulisan-tulisan gue kemudian akan di post secepatnya.. Terima kasih.. :)
Bukan karena gue udah gak niat nulis, tapi bener-bener karena kejadian langka yang gak pernah gue duga sebelumnya.
Laptop gue wafat...
Semenjak pertengahan Maret kemarin gue bener-bener dibuat kaget karena laptop kesayangan gue ngambek dan gak mau nyala. Tombol turn on seakan cuma jadi penghias karena udah gak berfungsi sebagai mana mestinya untuk membuat laptop gue hidup dan membantu gue menjelajahi dunia maya.
Gak banyak yang bisa gue lakukan. Dari percobaan halus hingga eksperimen kasar udah gue coba untuk membangkitkan laptop gue dari kematian. Sihir Harry Potter gue rasa juga gak mempan. Tibalah waktunya gue menerima kenyataan kalo laptop gue telah tiada. Beserta file yang membantu gue selama di kuliah.
Sepeninggalnya laptop itu, gue dibuat gak bisa nulis lagi karena keterbatasan fasilitas untuk gue bisa menjelajahi dunia maya dan membuka blog untuk sekedar membuat update..
Dengan ini, gue sangat meminta maaf atas ke-bolong-an tulisan-tulisan yang seharusnya gue selesaikan dan gue teruskan..
#SepenggalSelasa sudah beberapa minggu vakum dan cerita tentang Sawarna agaknya udah basi..
Tapi gue akan mengusahakan agar bisa diselesaikan semuanya.. Mudah memang untuk mulai, tapi mengusahakan untuk tetap menulis sesuatu yang bermanfaat itu butuh effort luar biasa. Dan sekarang effort gue sedang diuji.
Sekarang gue gak banyak punya waktu menulis karena sudah terikat dengan jam kantor, tapi menulis bukanlah suatu hal yang dilakukan di waktu luang bukan? Seorang teman pernah berkata, "jangan menulis di waktu luang, tapi luangkan waktumu untuk menulis."
Yup! Gak akan pernah ada "waktu luang" kalo kita gak pernah bikin. So, luangkan waktu untuk apa yang lo suka. Jangan cuma kerjain sesuatu yang lo suka di waktu luang, karna lo gak akan nemuin "waktu luang" itu.
Jadi, gue akan lebih berusaha untuk meluangkan waktu menulis hal-hal yang menarik. Dan gue gak suka meninggalkan tulisan gue begini aja.
Jadi mohon maaf atas kelalaian gue di blog ini, dan tulisan-tulisan gue kemudian akan di post secepatnya.. Terima kasih.. :)
Tuesday, March 20, 2012
#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Menangisi Diri Sendiri
"Pagi hari bagiku adalah saat untuk berkabung. Setiap pagi aku merasakan seluruh tubuhku. Aku menggerakkan jari-jemariku dan kedua tanganku - apa pun yang masih dapat kugerakkan - dan aku berkabung setiap kali menemukan ada bagian atau kemampuan yang hilang," ucap Morrie saat ditanya apakah ia sering menangisi dirinya.
ALS adalah penyakit yang bergerak seperti lilin. Awalnya kau hanya tidak bisa menggerakkan satu bagian tubuhmu. Namun, semakin hari penyakit itu akan terus menggerogoti tubuhmu, hingga yang dapat kau lakukan hanyalah berbaring di ranjang dan tak dapat berbuat apa-apa.
Penyakit ALS yang diderita Morrie menggerogoti tubuhnya dari bawah. Bermula dari kelumpuhan kakinya dan terus akan menjalar ke bagian tubuh atas. Dan setiap hari, penyakit tersebut akan mendisfungsikan bagian tubuhnya yang lain. Hanya tinggal menunggu waktu hingga penyakit tersebut menggerogoti seluruh tubuhnya.
Pantas kau sering menangis, coach. Aku lumrah dengan itu. Penyakitmu adalah penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Tak banyak yang bisa kau harapkan atas kesembuhan kondisimu.
Dan tentang kau mengasihani dirimu sendiri? Rasa takut pertama ketika kau bangun di pagi hari? Aku bisa mengerti itu. Ya, aku bisa mengerti, coach.
Dulu, hampir setiap hari aku menangisi kondisi fisikku yang dilahirkan tak sempurna. Setiap pagi, ketika hendak berangkat ke sekolah, seringkali aku merenung. Kenapa aku harus dilahirkan timpang? Aku terlahir dengan kondisi kaki yang tidak sama panjangnya, dan kondisi tersebut membawaku ke kehidupan yang penuh dengan ejekan. Ingin rasanya berteriak bahwa aku juga tidak meminta dilahirkan dengan kondisi ini.
Ya, ini bukan mauku. Aku tidak meminta kondisi seperti ini ketika lahir. Bahkan aku tak sempat bernegosiasi tentang hal ini.
Aku memang tidak lumpuh, coach. Tapi aku menyadari betul apa yang kau rasakan. Menangisi diri sendiri. Menyesali apa yang terjadi. Kejadian yang bukan kita yang mau. Kejadian yang memaksa kita untuk menerima. Kejadian yang membuat kita belajar.
Belajar menerima diri sendiri.
"Aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau itu perlu," lanjut Morrie. "Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku kepada segala hal yang masih baik dalam hidupku. Kepada orang-orang yang datang menjengukku. Kepada kisah-kisah yang akan kudengar. Aku tidak membiarkan diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri. Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu."
Ah, lagi-lagi kau benar coach. Terlalu awal bagiku untuk mengerti saat itu. Namun sekarang aku sadar. Tak perlu lagi aku malu dengan kondisiku. Tak guna lagi meratapi apa yang telah terjadi. Cukup sedikit menangis setiap pagi, kemudian hadapi hari dengan tegar. Untuk apa menangisi diri berkepanjangan?
Your life begin when you can accept yourself as who you are exactly. With those disables, fears, weaknesses. Make peace with them and start to trust yourself. Trust yourself with all your heart.
Matahari yang paling indah ialah matahari yang terbit setelah datangnya badai. Pernah dengar kalimat itu? Entah darimana aku mendapatkannya, tapi jelas kalimat itu masih terngiang dalam pikiranku.
Badaiku telah selesai. Masa berkabung atas kekuranganku telah berakhir. Aku tak lagi di tengah badai. Aku memilih matahari, dan sebuah masa depan.
The condition maybe can not change. I am the one who must change!
Aku tidak akan menjadi diriku yang sekarang jika tak pernah mengasihani diriku sendiri. Aku menjadi kuat karena aku pernah lemah.
Hadapi badai itu. Kasihanilah dirimu sendiri. Menangislah!
Lalu temukan mataharimu sendiri.
Temukan matahari dimana kau bisa ikut bercahaya dengannya.
Dan tetaplah seperti itu...
ALS adalah penyakit yang bergerak seperti lilin. Awalnya kau hanya tidak bisa menggerakkan satu bagian tubuhmu. Namun, semakin hari penyakit itu akan terus menggerogoti tubuhmu, hingga yang dapat kau lakukan hanyalah berbaring di ranjang dan tak dapat berbuat apa-apa.
Penyakit ALS yang diderita Morrie menggerogoti tubuhnya dari bawah. Bermula dari kelumpuhan kakinya dan terus akan menjalar ke bagian tubuh atas. Dan setiap hari, penyakit tersebut akan mendisfungsikan bagian tubuhnya yang lain. Hanya tinggal menunggu waktu hingga penyakit tersebut menggerogoti seluruh tubuhnya.
Pantas kau sering menangis, coach. Aku lumrah dengan itu. Penyakitmu adalah penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Tak banyak yang bisa kau harapkan atas kesembuhan kondisimu.
Dan tentang kau mengasihani dirimu sendiri? Rasa takut pertama ketika kau bangun di pagi hari? Aku bisa mengerti itu. Ya, aku bisa mengerti, coach.
Dulu, hampir setiap hari aku menangisi kondisi fisikku yang dilahirkan tak sempurna. Setiap pagi, ketika hendak berangkat ke sekolah, seringkali aku merenung. Kenapa aku harus dilahirkan timpang? Aku terlahir dengan kondisi kaki yang tidak sama panjangnya, dan kondisi tersebut membawaku ke kehidupan yang penuh dengan ejekan. Ingin rasanya berteriak bahwa aku juga tidak meminta dilahirkan dengan kondisi ini.
Ya, ini bukan mauku. Aku tidak meminta kondisi seperti ini ketika lahir. Bahkan aku tak sempat bernegosiasi tentang hal ini.
Aku memang tidak lumpuh, coach. Tapi aku menyadari betul apa yang kau rasakan. Menangisi diri sendiri. Menyesali apa yang terjadi. Kejadian yang bukan kita yang mau. Kejadian yang memaksa kita untuk menerima. Kejadian yang membuat kita belajar.
Belajar menerima diri sendiri.
"Aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau itu perlu," lanjut Morrie. "Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku kepada segala hal yang masih baik dalam hidupku. Kepada orang-orang yang datang menjengukku. Kepada kisah-kisah yang akan kudengar. Aku tidak membiarkan diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri. Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu."
Ah, lagi-lagi kau benar coach. Terlalu awal bagiku untuk mengerti saat itu. Namun sekarang aku sadar. Tak perlu lagi aku malu dengan kondisiku. Tak guna lagi meratapi apa yang telah terjadi. Cukup sedikit menangis setiap pagi, kemudian hadapi hari dengan tegar. Untuk apa menangisi diri berkepanjangan?
Your life begin when you can accept yourself as who you are exactly. With those disables, fears, weaknesses. Make peace with them and start to trust yourself. Trust yourself with all your heart.
Matahari yang paling indah ialah matahari yang terbit setelah datangnya badai. Pernah dengar kalimat itu? Entah darimana aku mendapatkannya, tapi jelas kalimat itu masih terngiang dalam pikiranku.
Badaiku telah selesai. Masa berkabung atas kekuranganku telah berakhir. Aku tak lagi di tengah badai. Aku memilih matahari, dan sebuah masa depan.
The condition maybe can not change. I am the one who must change!
Aku tidak akan menjadi diriku yang sekarang jika tak pernah mengasihani diriku sendiri. Aku menjadi kuat karena aku pernah lemah.
Hadapi badai itu. Kasihanilah dirimu sendiri. Menangislah!
Lalu temukan mataharimu sendiri.
Temukan matahari dimana kau bisa ikut bercahaya dengannya.
Dan tetaplah seperti itu...
Sunday, March 18, 2012
Today is Hari Ini
Kalo ada yang nanya sama gue, “kapan sih
hari terbaik dalam hidup lo?”
Gue akan jawab: “hari ini.”
Kalo ada yang nanya, “kapan sih lo mulai
perubahan hidup lo?”
Gue akan jawab: “hari ini.”
Kalo ada yang nanya, “kapan lo akan
mulai wujudin mimpi lo?”
Kembali akan gue jawab: “hari ini.”
Kalo ada yang nanya, “kapan lo mau
bahagiain orang-orang di sekeliling lo?”
“Kapan lo mau persiapin masa depan lo?
“Kapan lo mulai kerjain passion lo?”
“Kapan hari yang akan lo inget seumur
hidup lo?”
Jawaban gue tetep sama: “hari ini”.
Because
there’s no day better than TODAY.
Whatever
the beginning or the ending, today is the one and only day you can have.
You
can’t touch yesterday.
You
haven’t reached tomorrow.
Today
is the best day in a rest of your life.
You
did something good yesterday?
Doing
better today!
You
failed yesterday?
Do
all over again today!
And
TODAY will be always the best day you can have.
Give
all the best you can do, because today will come once.
And
today, you will reach up your dreams closer than before…
Subscribe to:
Posts (Atom)