Belakangan ini saya
sangat menghargai quality time yang bisa
saya habiskan bersama dengan keluarga maupun teman-teman saya. Maklum, saya
sekarang telah terikat jam kantor dan sulit berinteraksi dengan banyak orang
selain rekan-rekan di kantor sehingga waktu-waktu bersama keluarga dan
teman-teman lain menjadi amat berharga buat saya.
Beberapa pertemuan
banyak diisi oleh kisah-kisah menyenangkan yang membuat saya lupa dengan
lelahnya pekerjaan kantor, beberapa diisi oleh curahan hati yang membuat saya tenggelam dalam ceritanya.
Banyak kisah yang membuat saya larut dan belajar sebuah pengalaman seseorang.
Dalam suatu malam,
seorang teman bercerita mengenai pengalamannya ketika menumpangi sebuah
angkutan umum. Ia menjadi penumpang setia sebuah kendaraan umum untuk
membantunya tiba di kantor maupun ketika ia beranjak pulang ke rumah.
Hari-harinya memang dipenuhi dengan kemacetan Jakarta di dalam sebuah angkutan
umum.
Pernah suatu kali ia
merasakan kejanggalan dalam angkutan umum yang ia tumpangi saat itu. Seringkali
supir harus turun dari kendaraan untuk menyiram ban depannya. Setelah beberapa
kali dilakukan, teman saya memberanikan diri untuk bertanya, dan ternyata hal
tersebut dilakukan karena ban depan dari angkutan umum tersebut panas. Tekanan
udara di dalam ban yang tidak kondusif dengan
kondisi suhu di luar yang cukup panas dapat menyebabkan ban dapat
meletus setiap saat. Oleh sebab itu supir harus rela keluar dari kendaraan
untuk beberapa kali menyiram ban agar suhu tetap stabil.
Teman saya sempat
berpikir, mengapa tak dikeluarkan saja semua penumpang dan pindahkan ke
kendaraan lain yang mempunyai tujuan yang sama? Bukankah hal tersebut akan
membuat supir lebih leluasa untuk melihat kendaraannya secara menyeluruh?
Bukankah dengan kondisi tersebut supir menjadi tidak was was akan kendaraannya?
Sambil
mengerenyitkan alis mata, teman saya mengemukakan sebuah insight menarik bagi saya atas kejadian
tersebut. Ia menyatakan bahwa dalam sebuah kehidupan seringkali kita harus
berhadapan dengan 'ban panas'. Kita harus rela beberapa kali berhenti dan
menyiram 'ban panas' tersebut. Mudah saja sebenarnya untuk menyerah dan menurunkan
muatan. Namun, satu hal yang patut digarisbawahi: apakah kemudian kita
menyelesaikan perjalanan kita?
Supir tersebut dapat
saja dengan mudah memindahkan penumpang ke kendaraan lainnya yang memiliki arah
tujuan yang sama. Namun jika ia melakukan hal tersebut, ia tidak menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik. Ia tidak mencapai sebuah akhir dalam perjalanannya.
Ia menyerah di tengah jalan hanya karena sebuah ban yang panas.
Apa 'ban panas' yang
sedang kau alami sekarang? Mulai lelah dengan kehidupanmu? Tugas yang tak
kunjung selesai? Tuntutan yang semakin besar? Tanggung jawab - tanggung jawab
yang menumpuk untuk diselesaikan? Masalah relasi yang tak kunjung usai?
Jangan lupakan satu
hal: turunlah dan siram ban panasmu.
Mungkin butuh waktu
yang lebih lama untuk tiba di tempat tujuan. Mungkin butuh usaha yang ekstra
untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun satu hal yang pasti, kau menyelesaikan
pekerjaan dengan baik. Kau menyentuh garis finish
dan usahamu tak pernah sia-sia.
Even in the worst condition, there's always a way to
catch up the finish line.
All you have to do is just stop. Stabilize your hot
tires. And move again.
Maybe need more time to reach the goal, but one thing
you need to realize: you've done your job when there's opportunity to give up.
Selesaikan
perjalananmu. Dan kau akan membuat sebuah kisah baru dalam sebuah panggung
kehidupan.
No comments:
Post a Comment