Tuesday, June 26, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Takdir #2


Berbicara mengenai takdir, saya selalu teringat akan satu tokoh yang amat menginspirasi saya semenjak beberapa tahun belakangan ini. Saya memang tak pernah bertemu muka dengan muka , namun saya sangat berharap dapat belajar secara langsung dari sosok yang menjadi tokoh inspirasional dunia tersebut.

Ia memang berbeda. Bukan karena telah menciptakan hal-hal yang spektakuler ataupun bergaya mewah dan glamor, ia berbeda secara harafiah. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menyadari kekurangan yang ada pada fisiknya. Ia dilahirkan tanpa anggota tubuh yang lengkap. Ia adalah Nick Vujicic yang kini menjadi pembicara dan motivator terkenal di dunia karena cerita mengenai hidupnya.


Gambar diunduh dari sini


Darinya saya belajar, "actually we had our own fate from the past, but we can decide our fate in the future by decide how you accept yourself and act differently to change it."

Seorang yang lahir tidak sempurna. Takdir masa lalunya yang menjadikan dirinya seperti itu. Tak ada yang bisa dilakukan. Tak ada yang bisa diubah. Beberapa kali Nick masih menyatakan bahwa ia masih ingin merasakan hidup dengan anggota tubuh normal selayaknya orang lain di luar sana. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya berjalan dengan kaki dan menulis dan melakukan aktivitas lainnya dengan menggunakan tangan.

Bukankah kita mempunyai cerita yang mirip dengan Nick? Mungkin kita dilahirkan dengan anggota tubuh yang lengkap. Kita masih dapat berjalan dan beraktivitas layaknya orang normal lainnya. Namun, bukankah kita sama bahwa ada bagian dalam masa lalu kita yang tidak bisa kita ubah? Ada takdir yang memang direncanakan Tuhan untuk kita menjalaninya? Bagi Nick, takdir yang tidak bisa ia ubah adalah kenyataan bahwa ia lahir tidak sempurna. Kita? Anda dan saya masing-masing punya takdir seperti itu, bukan? Takdir yang memang direncanakan untuk kita terima dan jalani tanpa dapat dikompromikan sebelumnya.

There are some things in life that are out of our control that we can't change and we have got to live with. The choice that we have, though, is either to give up or keep on going.

Gambar diunduh dari sini


Banyak hal dalam hidup kita yang tidak bisa kita pilih sebelumnya. Semua masa lalu kita yang menjadikan kita menjadi seperti sekarang ini. Namun masa depan kita adalah hasil dari apa yang kita putuskan hari ini. Apa yang ingin kita putuskan? Menyerah karena takdir yang membawa kita seperti sekarang ini dan terlalu sulit untuk bisa kita ubah? Atau memilih untuk terus berjuang menciptakan takdir yang indah bagi masa depan kita?

Saya menulis ini bukan untuk mengatakan bahwa saya mengerti apa yang Anda rasakan. Saya mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya berada dalam sebuah takdir yang tak dapat Anda hindari sekarang ini. Saya menulis ini hanya untuk mengatakan bahwa ini bukanlah sebuah akhir. Hidup yang kita jalani sekarang bukanlah akhir.

It's just only the beginning.

Kita semua hidup dengan sebuah takdir di tangan kita. Takdir yang tak bisa kita ubah. Namun, tetap membiarkan hidup dalam takdir yang sama dan tidak mencoba untuk membuat hidup kita lebih baik adalah sebuah kebodohan dan kesia-siaan dalam hidup. Build your own future fate. Find your destiny in your life.

Mengutip kata-kata dalam film animasi Brave garapan Pixar dan Disney, bahwa fate actually already within us. The question next is, are we brave enough to see it and believe?

Percayakah kita bahwa kita bisa merubah takdir kita di masa depan? Beranikah kita untuk percaya bahwa masih banyak hal-hal besar yang dapat kita lakukan? Dan pertanyaan terakhir, maukah kita melakukan hal-hal yang tidak biasa untuk mengubah takdir kita di masa depan?

Nick Vujicic adalah bukti nyata dunia bahwa takdir masa lalu tidak menjadi alasan untuk kita dapat merubah takdir masa depan kita. Keterbatasannya tidak menjadikan Nick sebagai orang yang menutup diri dan menyalahkan keadaan. Sebaliknya, ia dapat mengatasi semuanya itu dan menjadi sosok diri yang lebih baik.

Tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah. Dan pilihan masih terpampang jelas di hadapan kita.

...because you can have a better fate than that you have right now.


Tuesday, June 19, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Takdir #1


"If you have a chance to change your fate, would you?"

Gambar diunduh dari sini

Kata-kata tersebut saya dapatkan dalam trailer sebuah film animasi yang tampaknya akan meraih sukses di masa perputarannya. Saya merasa bahwa kata-kata tersebut begitu bermaknanya untuk saya telaah dan renungkan sepanjang beberapa hari ini. Beberapa pemaknaan baru akan hidup hadir ketika saya meluangkan waktu untuk merenungkan hal-hal tersebut. Mengenai takdir, dan mengenai hidup.

Banyak orang merespon pertanyaan tersebut kepada saya dengan jawaban-jawaban "I wouldn't", "It's a privilege born with this fate", "I'm satisfied enough".  Saya tidak mengerti mengapa mereka menjawab hal-hal demikian. Apakah mereka cukup puas dengan keadaan hidupnya dan merasa bahwa hidupnya telah memberikan arti yang signifikan? Apakah mereka begitu saja menerima takdir yang ada di depan mereka?

Tampaknya banyak orang masih salah kaprah dengan pertanyaan tersebut. Mereka menganggap bahwa takdir adalah masa lalu yang menjadikan setiap mereka seperti sekarang ini. Bagi saya, jika takdir didefinisikan sebagai hal tersebut, saya juga merasa puas dengan kondisi saya. Tak sedikitpun bagian dari diri saya yang ingin saya rubah dalam masa lalu saya.

But life is supposed to live forward, right?

Kita memang tidak bisa mengubah masa lalu, namun jelas kita bisa memilih masa depan kita. Our future is not a fate, it's in our decision. Jika kita tahu bahwa masa depan kita tidak akan berjalan dengan baik jika kita terus menerus menjadi diri kita seperti yang sekarang, akankah kita merubahnya?

Itulah inti pertanyaan saya di awal tulisan ini. "If you have a chance to change your fate, would you?"

Saya tidak dapat bayangkan apa jadinya negeri ini jika mereka para pengubah sejarah memilih untuk menerima semua yang telah ditakdirkan tanpa berusaha membentuk takdir mereka sendiri.

Saya tidak dapat bayangkan Indonesia tanpa Ki Hajar Dewantara. Jika beliau menerima takdir bahwa pendidikan memang tidak bisa diperjuangkan di negeri ini, maka tidak akan pernah ada jenjang sekolah tinggi yang membuat kita cerdas seperti sekarang ini. Beliau amat memperjuangkan sebuah konsep Taman Siswa agar anak-anak Indonesia ketika itu dapat mengenyam pendidikan yang setidaknya dapat mencerdaskan mereka. Beliau amat memegang teguh bahwa pendidikanlah tonggak dasar sebuah bangsa.

Apa jadinya jika Ki Hajar Dewantara menolak berjuang untuk takdir masa depan pendidikan indonesia?

Gambar diunduh dari sini

Saya juga tidak dapat bayangkan Indonesia tanpa lahirnya R.A. Kartini. Beliau tumbuh besar dalam sebuah takdir yang penuh dengan pertentangan dimana strata kaum wanita berada di bawah kaum pria. Beliau menolak untuk diam. Kegerakan untuk menyamakan strata pria dan wanita masih terdengar hingga kini. Emansipasi wanita yang ia perjuangkan memberi dampak bagi seluruh kaum wanita di Indonesia.

Apa jadinya jika R.A. Kartini menolak berjuang demi takdir wanita Indonesia?

Gambar diunduh dari sini

Begitu banyak orang yang masih merasa bahwa hidup itu harusnya mengalir seperti air. BODOH! Kita belajar bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Jika hidup kita mengikuti prinsip air, maka hidup kita akan terus menuju pada pemaknaan yang lebih rendah.

Ikan berenang melawan arus air. Layang-layang terbang melawan arus angin. Karena semua yang terbawa arus adalah hal yang mati. Begitu pula hidup kita. Jangan pernah merasa bahwa hidup kita harus mengikuti sebuah arus bernama takdir.

Ubah hidupmu. Tentukan takdirmu sendiri. Karena tak ada satupun orang hebat yang berhasil karena mengikuti takdir. They build their own fate.

Now, for the last time, I remembered you once again with this question: "if you have a chance to change your fate, would you?"


Gambar diunduh dari sini

Tuesday, June 12, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kematian



Beberapa hari silam cukup menjadi hari yang kelabu bagi seorang yang saya kenal dengan sangat baik. Ia didiagnosa dokter memiliki tekanan darah tinggi atau biasa disebut hipertensi di usianya yang masih amat muda. Fakta mencatat bahwa hipertensi merupakan "the silent killer" karena dapat berisiko tinggi bagi kesehatan namun tanpa adanya gejala-gejala yang signifikan. Hipertensi sendiri dikatakan sebagai faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit mematikan lainnya. Fakta-fakta inilah yang kemudian menjadikan hari-hari teman saya menjadi terlihat kelabu.


gambar diunduh dari sini


Ia takut mati.

Masa mudanya baik-baik saja selama ini. Ia ceria, banyak berteman, hidupnya sama sekali tidak terlihat banyak memiliki beban. Namun ketika hasil diagnosa dinyatakan tepat, ia tak lagi bersikap seperti biasa. Tak ayal ia tertekan karena kenyataan pahit tersebut. Ini bukan penyakit biasa yang secara medis mudah untuk disembuhkan. Butuh gaya hidup yang benar-benar jauh berbeda dari apa yang selama ini ia jalankan.

Fakta mengenai kematian memang selalu menyedihkan. Tak ada satupun manusia di dunia bisa menebak kapan harinya akan tiba. Hari dimana sebuah nafas tak lagi dapat dinikmati, sebuah hari tak lagi akan berganti. Kita bicara mengenai akhir dan hampir semua orang menghindari perbincangan mengenai akhir dari kehidupan, namun tidak dengan teman saya ini. Pada akhirnya, ia banyak berbincang mengenai topik terkait kematian.


gambar diunduh dari sini

Baginya kematian hanyalah sebuah fase dalam rangkaian kehidupan yang harus kita jalani. Sama seperti kita melewati masa kanak-kanak, kemudian menjadi remaja, dan menjadi orang dewasa dengan segala tanggung jawabnya, kematian juga merupakan fase yang pasti akan dilewati oleh setiap kita. Bedanya ialah tidak ada satu orangpun yang tau bagaimana ia akan melewati fase tersebut. Ia takut dengan kematian, awalnya. Hingga ia belajar tentang kehidupan.

Once you learn how to die, you learn how to live.

Kata-kata Morrie Schwartz itu muncul begitu saja. Pembelajaran mengenai kehidupan dimulai sebenarnya ketika kita belajar mengenai kematian. Andai kita tahu secara pasti kapan kita meninggalkan dunia ini, kita akan melihat kehidupan dengan sangat berbeda. Amat berbeda.

If we accept the fact that we can die at any time, we'd lead our lives differently.

Teman saya tersebut kemudian menceritakan bagaimana ia mengubah pola hidupnya, tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi masa depannya. Pernahkah kita berpikir demikian? Menjaga kesehatan kita semenjak dini untuk masa depan kita? Untuk istri atau suami kita? Untuk anak-anak kita? Masih maukah kita melihat perkembangan anak kita suatu saat nanti? Menikmati hari tua bersama dengan cucu kita? Jika ya, pandanglah kesehatan dalam kehidupan dengan cara yang berbeda.

Topik mengenai kematian membawa banyak sekali perubahan atas apa yang teman saya lakukan kepada dirinya. Ia kini tak lagi tertekan dengan kondisi penyakitnya tersebut. Sebaliknya, ia belajar bagaimana mengelola kehidupan agar menjadi lebih baik. Ia telah belajar bagaimana menerima kematian sebagai sebuah fase yang akan terjadi dalam hidupnya, sehingga ia dapat belajar bagaimana sebuah kehidupan yang penuh arti dapat membawa kebahagiaan di masa depannya.

"Dying is just one thing to sad about," katanya pelan. "Living unhappily, that's another matter."

Ia memilih untuk melanjutkan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. Ia memilih untuk terus berkutat dengan mimpi dan passion dalam dirinya untuk kegerakan anak-anak muda Indonesia.

Dan kematian baginya adalah sebuah pembelajaran. Tak kurang, tak lebih. Pembelajaran untuk kita bisa melihat kehidupan secara lebih baik. Lebih bermakna. Dan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan sedang menunggu di depan sana...


gambar diunduh dari sini



Monday, June 11, 2012

Gue Udah Buat Apa?


Gue lahir tahun 89. Oktober tahun ini umur gue akan genap 23 tahun. Umur yang masih tergolong muda memang, tapi entah kenapa gue merasa gak puas sama hidup gue sekarang. Bukan karena gue hidup kekurangan dan malah menyalahkan kondisi, tapi gue merasa hidup gue masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Gue merasa bahwa gue bisa melakukan lebih dari apa yang udah gue lakukan sampai sekarang ini. Malahan gue merasa belum buat apa-apa. Belum memberikan kontribusi apa-apa.

Beberapa tahun belakangan ini gue baru jatuh cinta sama Indonesia. Ya, rasa cinta gue sama negeri ini masih seumur jagung. Pernah ada suatu masa dimana gue gak bangga tinggal Indonesia. Siapa bisa bangga tinggal di negara yang terkenal korup, sarang teroris, tingkat kemiskinan yang tinggi, politik kotor, ngakunya Bhinekka Tunggal Ika tapi gak menghargai perbedaan. Siapa yang bisa bangga sama itu semua?

Tapi semua paradigma itu berubah 180 derajat. Gue lupa kapan pastinya, tapi gue inget jelas waktu hati gue terbakar semangat saat baca buku Nasional.is.me yang dikarang @pandji. Menurut gue buku itu jadi suplemen lengkap banget buat gue untuk jatuh cinta lebih dalam sama Indonesia. Gue akhirnya sadar bahwa negeri ini masih punya harapan gede banget untuk berubah dan berkembang ke arah yang jauh lebih baik.

gambar diunduh dari sini

Sejarah mencatat bahwa perubahan besar selalu diinisiasi oleh anak muda. Perjuangan yang digagas pahlawan masa lampau juga karena pemuda. Intinya pemuda punya kekuatan yang sebegitu dahsyat untuk dapat membuat perubahan dan juga perkembangan suatu negara.

Gue mikir, 23 tahun hidup gue udah buat apa untuk negeri ini? Seenggaknya apakah gue udah buat sesuatu buat banyak orang? Atau gue terlalu sibuk sama diri sendiri sampai lupa kasih kontribusi apapun? Sebegitu egoiskah diri gue?

Selama perjalanan, gue pernah bertemu orang-orang hebat yang menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk melakukan lebih dari apa yang selama ini mereka lakukan. @alandakariza adalah salah satunya. Penulis buku terbaru dream catcher ini baru berusia 21 tahun! Kecintaannya dalam dunia menulis memampukan Alanda menerbitkan buku pertamanya pada umur 14 tahun. Ia juga memprakarsai kegerakan @IndonesianYouth dimana menjadi wadah aspirasi pemuda Indonesia yang rindu menciptakan perubahan di Indonesia. Komunitas sosial The Cure For Tomorrow yang berdiri di tahun 2006 juga hasil dari buah pikirannya. Seorang yang luar biasa buat gue. Dia juga pacar dari comic stand-up favorit gue, @adriandhy.

(@alandakariza) gambar diunduh dari sini

@imanusman menjadi pendiri Indonesian Future Leaders (IFL) ketika usianya masih 18 tahun. Hingga kini IFL menjadi salah satu komunitas pembawa inspirasi terbaik bagi ratusan bahkan ribuan anak muda di seluruh Indonesia untuk dapat menciptakan bahkan memimpin sebuah perubahan. Akhir tahun ini Iman akan berusia 21 tahun, namun penghargaan yang ia terima atas ide dan perubahan yang ia buat telah melebihi usia fisiknya. Tidak hanya penghargaan dari dalam negeri, Iman juga telah mendapat beberapa penghargaan dari luar negeri sebagai salah satu pemuda yang menjadi inspirator perubahan terbaik di negeri ini.

(@imanusman) gambar diunduh dari sini

Gak hanya di bidang pendidikan dan sosial, bidang wirausahapun sekarang ini banyak dirambah oleh kalangan muda. @bongchandra adalah salah satu wirausaha sekaligus motivator yang gue kagumi hingga sekarang. Semangatnya untuk membangun para anak muda dan banyak orang lainnya untuk berani memulai usaha menjadi poin penting mengapa ia sukses. Di usianya yang ke 22 tahun, ia berhasil membangun proyek perumahan seluas 5 hektar dengan nilai investasi Rp 180 Milyar. Selain itu, ia juga telah menulis 2 buku yang sangat memotivasi para pembaca untuk berani melakukan perubahan dalam hidupnya dan hidup sukses. Kini Bong Chandra baru berusia 25 tahun, namun ia telah memotivasi puluhan ribu orang baik di Indonesia maupun manca negara dengan ide-ide kreatif dan pengalamannya yang luar biasa.

(@bongchandra) gambar diunduh dari sini

Jika ditelaah lebih jauh lagi, masih banyak banget anak-anak muda yang telah memberi kontribusi nyata gak cuma sama banyak orang, tapi juga buat negara ini. Lantas, apa yang jadi perbedaan sebegitu signifikannya antara gue, lo dan mereka? Gue percaya Tuhan sama-sama kasih potensi dan talenta yang sebegitu luar biasanya kepada semua umat manusia. Gak ada satu orang yang dikasih potensi lebih gede dibanding yang lain. Gue percaya semua dikasih potensi dalam takaran yang sama, seukuran bibit.

Ya, buat gue Tuhan udah kasih bibit potensi ke kita semua saat kita dijadikan. Tapi yang jadi pertanyaan, bibit itu kemudian kita apakan? Gue yakin mereka yang berhasil di masa mudanya adalah mereka yang menemukan cara yang tepat untuk menumbuhkan bibit potensi dalam hidup mereka. Bukan berarti kita gak bisa seperti mereka. Kita bahkan bisa melakukan lebih dari apa yang mereka buat. Pertanyaannya: kita mau gak? Kalo mau, ayo cari cara supaya bibit potensi itu tumbuh besar dan lakukan sesuatu dengan itu. Buat kontribusi nyata. Cuma itu kuncinya.

Oleh karena pemikiran itu, gue merasa gak puas sama hidup gue. Banyak orang yang secara umur masih dibawah gue tapi kontribusi yang dia lakukan bagi banyak orang udah jauh lebih banyak daripada apa yang gue lakukan. Sejujurnya gue malu. Malu karena sampai sekarang sedikit banget hal yang gue kerjain untuk orang lain, terlebih buat negeri ini. Gue sangat merasa terbakar menumbuhkan bibit potensi gue agar bisa memberikan kontribusi nyata buat banyak orang. Buat Indonesia.

Gue rasa belum terlambat mengubah semuanya ini. Umur gue masih panjang dan masa muda gue belum habis. Gue masih bisa melakukan sesuatu dan ciptakan perubahan. Gue yakin gue bisa, dan gue mau. Gak ada alasan buat gue gak melakukan sesuatu buat Indonesia karena gue bener-bener jatuh cinta sama negeri ini. Gue juga mau tunjukkin ke dunia bahwa Indonesia masih punya harapan. Negeri ini masih punya peluang untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Dan semuanya itu harus dimulai dari pemuda.

Ya, dimulai dari lo dan gue. Pemuda Indonesia.

Sedikit mengutip kata-kata Bung Hatta: "Hanya ada satu negara yang menjadi negaraku. Ia tumbuh melalui perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku."

(@frankie70172) koleksi foto pribadi







<< Pemuda penginisiasi perubahan bagi Indonesia selanjutnya


Tuesday, June 5, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #3


Dalam sebuah acara, sempat saya ditanyakan sebuah pertanyaan yang membuat saya merefleksikan diri saya. Kira-kira bentuk pertanyaannya seperti ini: "Jika kita meninggal hari ini dan diberi kesempatan kedua untuk hidup kembali saat itu juga, apa yang ingin kita perbaiki?"

Kematian bagi banyak orang merupakan hal yang menakutkan. Terlepas dari apa kepercayaan Anda dan saya mengenai dunia setelah kehidupan, mengenai keberadaan surga ataupun neraka, mengenai kehidupan kembali, dan lain sebagainya, kematian merupakan topik yang seringkali dihindari oleh banyak orang. Kematian merupakan fase yang siapapun tak ingin cepat-cepat sampai disana. Bahkan orang yang paling rohani pun -- jika dapat -- ingin masuk surga tanpa harus melewati fase bernama kematian.

Namun, pertanyaan tersebut membawa saya kepada sebuah perenungan, apakah saya telah menemukan apa yang benar-benar saya inginkan dalam hidup saya? Sudahkah saya berdamai dengan diri saya sendiri? Bagaimana relasi saya dengan keluarga inti saya? Sudahkah waktu saya dipakai untuk mendekatkan diri pada mereka? Atau saya terlalu sibuk dengan dunia saya sendiri tanpa memerdulikan mereka? Bagaimana relasi saya dengan teman-teman saya? Apakah mereka akan kehilangan jika saya meninggal, atau hanya bersikap biasa saja?

Berpuluh-puluh pertanyaan terlintas begitu saja dalam sebuah perenungan. Saya tidak mengerti mengapa, tapi satu hal yang jelas saya tahu bahwa kehidupan tidak memiliki tombol "return". Keputusan kita adalah tetap berada di posisi kita sekarang atau memilih untuk berubah, memperbaiki setiap hal yang "rusak" di masa lampau.

I know that we can't go back in the past to do something right in that time, but all I know is we surely can decide to do something to fix it all in this time.

All you have to do is just decide…

Kembali pertanyaan awal, apa yang ingin kita perbaiki jika kita memiliki kesempatan kedua? Pikirkan baik-baik. Bagaimana jika itu terjadi sungguhan dalam kehidupan kita secara tiba-tiba? Siapkah kita?

Sebuah kesempatan kedua sebenarnya kita peroleh setiap pagi dalam hidup kita. Saat kita kembali membuka mata untuk melihat dunia, itu adalah kesempatan baru bagi kita. Kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru dan saat untuk memperbaiki yang lalu. Tak ada kesempatan baru yang lebih baik daripada kesempatan yang kita dapat setiap pagi. Tak ada kesempatan yang lebih berharga daripada kesempatan membuat hidup semakin baik setiap harinya. Tak ada kesempatan yang lebih besar dari ini!

Semua kembali kepada keputusan kita. Apakah kita ingin memakai setiap kesempatan tersebut untuk menjadikan diri kita semakin lebih baik serta memperbaiki setiap hubungan yang belum terjalin denganbenar, atau menganggap bahwa semua kesempatan itu merupakan kesempatan rutin biasa yang memang datang setiap hari dan tidak memiliki nilai?

Keputusan ada di tangan Anda.

You decide. You act. A GREATER you and your relationship is in your own hand. Your own decision. Decide well...