Tuesday, May 29, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #2


Kesempatan biasanya datang bersamaan dengan tantangan.

Kita memang tak pernah dapat mengira kapan sebuah kesempatan datang menghampiri kita. Kesempatan adalah suatu hal yang tak dapat kita prediksi kehadirannya. Namun, satu hal yang pasti bahwa kesempatan memang datang bersamaan dengan sebuah tantangan. Kita jelas tak akan mendapat sebuah kesempatan jika kita tidak berani menghadapi tantangan.

Just think about this: opportunity comes when we see something bigger upon us, right? Would we call something usual or smaller than what we do now as an opportunity? NO! We call something as an opportunity or chance just when we know that we will be a better and greater person if we can deal with that thing.

Yes, opportunity is a big thing…

Orang besar ialah orang yang berhasil memaksimalkan kesempatan yang datang kepada mereka dengan sebaik-baiknya.   Tak ada satupun orang yang menjadi besar tanpa melalui kesempatan-kesempatan yang datang kepada mereka. Sekarang pertanyaannya ialah, apakah kita siap ketika kesempatan datang pada kita? Siapkah kita ketika sebuah promosi menghampiri? Siapkah kita saat tanggung jawab yang lebih besar diberikan pada kita? Siapkah kita saat hubungan terjalin ke jenjang yang lebih lanjut?

Are we ready yet? Because whatever the condition -- ready or not -- opportunity will come upon us, and what happen next will depend on our readiness.

Responi dengan baik setiap tantangan-tantangan kecil yang ada di depan kita. Dengan begitu kita akan siap menghadapi tantangan yang besar nantinya. Karena seringkali kesempatan datang bersamaan dengan tantangan. Perlengkapi diri kita dengan melakukan hal-hal kecil, karena dengan begitu kita akan siap menghadapi hal besar yang akan datang kepada kita.

Saya percaya satu hal bahwa ketika kita tidak bisa melakukan dengan baik hal atau kesempatan kecil yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kita juga tidak dapat melakukan dengan baik hal atau kesempatan besar yang akan datang kemudian. Apa yang kecil yang biasa kita lakukan adalah bentuk persiapan ketika suatu hal besar datang menghampiri satu saat nanti.

Kita tak pernah tahu kapan "suatu saat nanti" akan datang. Bisa besok, dua hari lagi, minggu depan, atau mungkin tahun depan. Namun satu hal yang pasti, lakukan dengan baik setiap hal kecil yang bisa kita lakukan. Tidak banyak orang yang mau mempersiapkan dirinya sebelum kesempatan datang. Masih banyak yang masih memegang pemikiran bahwa "pasti ada kesempatan kedua".

Hey, why are you waiting for second chance if you can win in the first time?

Satu-satunya hal yang dapat membuat kita menang ketika kesempatan datang adalah dengan persiapan. So, prepare yourself. Jangan menjadikan diri cuek dengan hal-hal kecil. Sebaliknya, lakukan dengan baik setiap hal sehingga bisa mempersiapkan kita menghadapi kesempatan besar di depan.

Because we never know where an opportunity can bring us...


Sebuah Pita Ungu

Sebuah tulisan untuk memperingati hari jadi Psikologi ke 20. Sebuah tulisan untuk duapuluhpsikologi.wordpress.com.

 A wise man said that God has a million ways to create some happiness in our life, even in the smallest way that we can realize. I am not a wise man, but deep in my heart, I believe…

Sebuah hal kecil yang membuat saya bahagia adalah pita ungu. Apa istimewanya sebuah pita ungu? Mari saya jelaskan.

Saya adalah seorang biasa yang lulus dari sekolah biasa. Saya bukan seorang lulusan dengan nilai terbaik, bahkan saya tidak menyandang gelar apapun saat masuk ke jenjang kuliah. Bagaimana tidak, bahkan organisasi sekolah pun enggan saya geluti karena merasa tak ada faedahnya buat saya.

Saya benar-benar bukan siapa-siapa.

Psikologi Atma Jaya menjadi tempat persinggahan saya selanjutnya. Bermodal nekat menjalani psikotes gelombang pertama menghasilkan kejutan bagi saya: saya gagal. Tidak tertera nama saya di papan pengumungan penerimaan mahasiswa baru gelombang pertama. Ya, nama saya tidak ada. Saya gagal. Saya tidak diterima. Psikologi Atma Jaya menolak saya.

Tidak ada penjelasan. Tidak ada pemberitahuan. Harapan saya hampir kandas ketika itu. Apakah seorang biasa memang tak bisa berada di tempat luar biasa? Tempat dimana banyak orang bercerita mengenai betapa istimewanya berada di kalangan fakultas tenar di Atma Jaya. Saya benar-benar hampir putus asa.

Namun beruntung bagi saya karena di kesempatan kedua saya melihat nama saya tertera di papan pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Saya berhasil diterima. Nama saya menjadi bagian dalam keluarga besar psikologi Atma Jaya . Ya, fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Saya memang tak ingat apa yang saya lakukan untuk mengekspresikan rasa gembira saya, namun jelas saya tak bisa lupa rasa bahagianya. Rasa yang saya rasakan hingga sekarang.

Psikologi itu identik dengan warna ungu. Awalnya menjijikan bagi saya mengetahui hal tersebut. Isu beredar bahwa ungu bukanlah warna idaman. Ungu itu warna janda. Warna yang tidak menarik perhatian sama sekali. Warna yang menjadi bahan cemooh banyak orang. Betapa malunya saya ketika ternyata selama masa bimbingan di psikologi, saya diharuskan mengikat sebuah pita ungu di tangan saya yang membuktikan saya adalah mahasiswa baru dalam keluarga psikologi.

Saya bukan janda! Saya juga tidak menjalin hubungan dengan seorang janda. Ibu saya bukan janda. Mengapa harus pita ungu yang terikat di tangan saya setiap harinya? Memalukan. Sebisa mungkin saya menyembunyikan tangan saya yang terikat pita ungu. Saya tak mau dianggap janda. Saya tak mau membanggakan hal yang memalukan.

Butuh waktu satu tahun untuk merubah paradigma itu. Memutarbalikkan fakta bahwa tak ada warna janda. Ungu punya representasi artinya sendiri. Ungu itu artinya setia. Satu-satunya warna yang merepresentasikan kesetiaan. Warna yang menunjukkan sebuah ikatan kebersamaan. Setia.

Malu rasanya sempat berada pada pemahaman yang salah akan sebuah warna. Hingga sekarang, saya menyadari satu hal bahwa kebahagiaan saya sebenarnya dimulai ketika saya mengikatkan tangan saya dengan sebuah pita ungu. Saat dimana saya berada di jenjang awal dunia baru di kehidupan saya. Psikologi, yang hingga kini menjadi pijakan yang tak pernah saya sesali. Dengan segala cerita selama empat setengah tahun, saya merasa puas mengikatkan diri pada kesetiaan yang membuat saya belajar.

Satu fase kehidupan kembali dijejaki. Cerita-cerita yang berjalan bersama, kembali saya pelajari. Hingga kini saya tak lagi menyesal dan malu akan pita ungu yang terikat di tangan saya. Bagi saya makna yang terkandung di dalamnya amat kuat. Sebuah kesetiaan yang terbukti dari kebersamaan. Sebuah trademark yang selalu kami junjung tinggi, bahwa psikologi gak pernah misah-misah.

Ya, hingga kini kebahagiaan itu masih terpancar di sebuah pita ungu yang masih terikat ini. Bukan lagi di tangan, tetapi di hati. Saya bangga pernah berada di keluarga besar yang mengajarkan saya mengenai kesetiaan ini. Selamat ulang tahun Psikologi. Kesetiaanmu akan selalu ada dan teruji bagi kami. Terus sinari warna ungu-mu tanpa malu, dan teruslah setia.

Always be a little happiness for us.


Tuesday, May 22, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kesempatan #1


Kesempatan adalah tema yang besar bagi saya. Setiap saat dalam hidup, kita dihadapkan pada kesempatan-kesempatan yang mungkin akan memengaruhi hidup kita. Kesempatan-kesempatan yang mungkin daripadanya perubahan hidup kita dimulai. Hampir tak mungkin dalam hari yang kita lalui tak tersimpan kesempatan yang dapat kita gunakan.

The question is: do you really aware with all opportunities that came in your life? Or you just run your day over and over without realize anything?

Kesempatan seringkali datang dengan cara yang tidak terduga. Bahkan terkadang datang bersamaan dengan hal kecil yang biasa kita sepelekan. Cuek menjadi pilihan bagi kita terhadap hal-hal kecil tersebut. Namun kita selalu menggambarkan kesempatan sebagai sebuah hal atau kejadian besar yang bisa kita lihat, bisa kita rasakan sepenuhnya, sehingga kita banyak tidak memerdulikan sebuah kesempatan kecil yang mungkin memberi pengaruh besar bagi hidup kita.

Salah satu film favorit saya, Evan Almighty, merupakan sebuah film yang juga mengajarkan kepada saya mengenai sebuah kesempatan. Dimulai dengan seorang tokoh bernama Evan yang mencalonkan diri sebagai seorang kongres di Amerika dan berdoa kepada Tuhan agar membantunya untuk dapat mengubah dunia. Kemudian Tuhan menggunakan cara yang sangat tidak biasa untuk membantu Evan menjadi seorang pengubah dunia.

Pelajaran yang saya ingin bagikan bukan berada di poin tersebut. Pelajaran mengenai kesempatan datang ketika keluarga tersebut tidak lagi dapat bertahan dengan apa yang dilakukan Evan. Satu demi satu hal mulai menjadi alasan dalam memicu konflik keluarga, hingga pada satu saat sang istri tak lagi tahan dan memilih untuk meninggalkan Evan sendirian.

Dalam satu momen makan siang, Morgan Freeman yang mengambil peran sebagai Tuhan menyatakan hal yang sangat baik mengenai kesempatan kepada istri Evan yang berencana meninggalkannya, dan pembelajaran inilah yang ingin saya bagikan.

Just reflect with these questions: If someone prays for patience, you think God gives them some patience? Or does He give them the opportunity to be patient?
 If someone pray for courage, you think God gives them courage immediately? Or does He give them an opportunity to be courageous?
And if someone pray for their family to be closer, you think God zaps them with warm fuzzy feelings? Or does He give an opportunity to love each other?

Kesempatan. Sebuah peluang yang datang disaat - mungkin bagi kita - tidak tepat, namun sebenarnya dapat mengubah cara pandang kita. Arah hidup kita. Hanya kita yang terkadang sulit melihat sebuah kesempatan dalam masa sulit hidup kita.

Sekarang, apa masa sulit yang sedang kita hadapi? Kuliah, pekerjaan, keluarga, keuangan, persahabatan, hubungan? Mungkinkah di dalam masa tersebut, Tuhan sedang menyisipkan sebuah kesempatan bagi kita? Kesempatan bagi doa yang kita gumamkan kepadaNya.

Tinggal giliran kita yang menentukan sikap bagi kesempatan yang Tuhan berikan itu.

Karena kesempatan seringkali datang diluar bayangan kita, dan tidak semua hal yang datang untuk memproses kita karena sebuah kebetulan. Mungkin itu adalah jawaban dari doa kita. Sebuah kesempatan untuk memperjuangkan apa yang kita pinta.


Tuesday, May 15, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Kebahagiaan


Beberapa minggu ini, saya disuguhkan dengan beberapa wacana mengenai kebahagiaan.  Mulai dari buku berjudul "delivering happiness" yang saya baca, hingga cerita hidup beberapa teman mengenai kebahagiaan yang ia tuju dalam hidupnya. Saya sendiripun merasakan sebuah kebahagiaan kecil yang belum lama dimulai dalam kehidupan saya sekarang, dan kebahagiaan tersebut dipercik dari tempat kantor dimana saya bekerja.

Hari ini saya tak banyak menyinggung tentang pekerjaan yang saya geluti. Suatu saat saya akan banyak menceritakannya disini. Namun, yang menjadi perhatian saya sekarang ialah mengenai kebahagiaan.

Coba berpikir sejenak, sebenarnya untuk apa kita bekerja? Untuk apa kita mengentaskan pendidikan yang sedang kita jalani sekarang? Untuk apa kita menjaga kesehatan kita sedemikian rupa? Untuk apa kita mencoba mencari seorang pasangan hidup demi masa depan kita?

In the end, it turns out that we're all taking different paths in pursuit of the same goal: happiness.

Kebahagiaan adalah sebuah hal yang sama yang kita kejar dalam kehidupan ini. Kebahagiaan adalah dasar dari semua hal yang kita lakukan, bukan? Cobalah sejenak merenungkan jawaban dari semua pertanyaan di atas. Pada dasarnya, jika kita terus tanya "mengapa" kita melakukan sesuatu hal yang dirasa baik dalam hidup kita, akhir pernyataannya ialah karena kita ingin bahagia.

Ya, karena kita merindukan sebuah kebahagiaan dalam hidup kita. Tak ada satu manusiapun yang tak ingin merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tak ada satupun dari kita yang menganggap remeh sebuah kebahagiaan.

Happiness is really a BIG deal!

Now, the question is: are you happy?  Are you really pursuit some happiness in whatever you do? Or you just do daily routines without reaching anything in the end?

Beberapa teman menyatakan bahwa ia tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Kuliahnya yang berantakan, teman-teman yang meninggalkannya, keluarga yang tidak peduli padanya. Ia merasa bahwa tak ada lagi kebahagiaan yang bisa ia capai. Betulkah itu?

Remember one thing: happiness come from inside not outside.

Film Will Smith yang berjudul pursuit of happiness mengingatkan saya akan hal tersebut. Lingkungan mungkin tak sejalan dengan apa yang kau inginkan, namun satu hal yang pasti, kau masih dapat mengejar kebahagiaan.

Kebahagiaan bukan berbicara mengenai seberapa banyak uang yang kau punya. Bukan pula berbicara mengenai jabatan apa yang kau jalani sekarang. Dengan jelas, kebahagiaan berbicara mengenai seberapa kau bersyukur dengan apa yang kau punya dan sedang kau lakukan sekarang.

Now think it seriously, Are you happy? I mean, really happy with your life? Really happy with all you have? Really happy with all you are?

If the answer is yes, then share your happiness with the other. Because like Buddha says: "thousands of candles can be lit from a single candle, and the life of the candle will not be shortened. Happiness never decreases by being shared."


Tuesday, May 8, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Mengucapkan Terima Kasih


Kapan terakhir kali kata 'terima kasih' terucap dari mulut kita? Apakah kita lebih memilih diam dan bermuka datar daripada memakai satu detik kita untuk tersenyum dan mengucapkan kata terima kasih?

Kata terima kasih seringkali kita tujukan kepada orang lain yang bersedia membantu kita dalam melakukan sesuatu. Kata ini juga menjadi wajib diucapkan ketika kita mendapat sebuah pemberian dari pihak lain. Nyatanya begitu banyak kesempatan bagi kita untuk mengucapkan kata terima kasih, namun penelitian pernah menyatakan bahwa kata 'terima kasih' merupakan salah satu kata yang paling sulit diucapkan oleh seseorang. Apa yang menyebabkan begitu banyak orang menganggap tabu kata ini?

Think about this: how can the other people do respect us if we can't respect them first in every tiny thing they do?

You will not be respected in your big thing you do if you can't respect the other for a  small thing.

Sebagai seorang yang berkarir di bidang pelatihan, saya belajar bahwa sebuah kata 'terima kasih' dapat menjadi sebuah reinforcement positif bagi seseorang dan dapat menstimulasi orang tersebut untuk melakukan hal baik secara berkesinambungan. Perlu sebuah kedewasaan untuk mengucapakan kata 'terima kasih' secara tulus kepada orang lain.

Ya, ini serius. Butuh cukup kedewasaan untuk mengucapkan 'terima kasih' secara tulus kepada seseorang. Kita mudah memberi penghargaan kepada orang yang telah berkontribusi besar bagi hidup kita. Namun agaknya sulit untuk memberikan penghargaan kepada orang yang membantu kita dalam hal kecil. Bagaimana dengan kita?

Just smile and a little thank you can make a great differences in someone's life.

Renungkan ini: jika sebuah kata 'terima kasih' sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang, maka hal tersebut juga menjadi penting bagi kita, bukan?

Mungkin telah terbiasa kita mendengar sebuah ucapan terima kasih atas hal yang kita lakukan dari orang lain. Sudah lumrah ditelinga kita kata 'terima kasih' mendarat atas kita. Banyak dari kita tidak khawatir atas kata tersebut. Tapi pernahkah kita mengucapkan terima kasih atas diri kita sendiri?

When the last time you say to yourself: "hey me, thank you."?

Thank you for keeping me strong in every obstacle we had.
Thank you for keeping me healthy and stay away from all dangerousness.
Thank you for hard work so we can catch up this way.
Thank you for all tears that make me realize about the meaning of life.
Above all, thank you for accepted me all I am.
Thank you.

Pernahkah kita mengambil sedikit waktu kita setiap harinya untuk memberikan sedikit penghargaan atas apa yang diri kita lakukan?

Satu menit berterima kasih, berdampak besar bagi hidup kita.

Maybe this is not a good note that written systemically, but I hope this note can inspire you to take a minute to say 'thank you' for yourself. So, just close your eyes and start thanking yourself.


Tuesday, May 1, 2012

#SepenggalSelasa - Kita Bicara Tentang Menyelesaikan Perjalanan


Belakangan ini saya sangat menghargai quality time yang bisa saya habiskan bersama dengan keluarga maupun teman-teman saya. Maklum, saya sekarang telah terikat jam kantor dan sulit berinteraksi dengan banyak orang selain rekan-rekan di kantor sehingga waktu-waktu bersama keluarga dan teman-teman lain menjadi amat berharga buat saya.

Beberapa pertemuan banyak diisi oleh kisah-kisah menyenangkan yang membuat saya lupa dengan lelahnya pekerjaan kantor, beberapa diisi oleh curahan hati  yang membuat saya tenggelam dalam ceritanya. Banyak kisah yang membuat saya larut dan belajar sebuah pengalaman seseorang.

Dalam suatu malam, seorang teman bercerita mengenai pengalamannya ketika menumpangi sebuah angkutan umum. Ia menjadi penumpang setia sebuah kendaraan umum untuk membantunya tiba di kantor maupun ketika ia beranjak pulang ke rumah. Hari-harinya memang dipenuhi dengan kemacetan Jakarta di dalam sebuah angkutan umum.

Pernah suatu kali ia merasakan kejanggalan dalam angkutan umum yang ia tumpangi saat itu. Seringkali supir harus turun dari kendaraan untuk menyiram ban depannya. Setelah beberapa kali dilakukan, teman saya memberanikan diri untuk bertanya, dan ternyata hal tersebut dilakukan karena ban depan dari angkutan umum tersebut panas. Tekanan udara di dalam ban yang tidak kondusif dengan  kondisi suhu di luar yang cukup panas dapat menyebabkan ban dapat meletus setiap saat. Oleh sebab itu supir harus rela keluar dari kendaraan untuk beberapa kali menyiram ban agar suhu tetap stabil.

Teman saya sempat berpikir, mengapa tak dikeluarkan saja semua penumpang dan pindahkan ke kendaraan lain yang mempunyai tujuan yang sama? Bukankah hal tersebut akan membuat supir lebih leluasa untuk melihat kendaraannya secara menyeluruh? Bukankah dengan kondisi tersebut supir menjadi tidak was was akan kendaraannya?

Sambil mengerenyitkan alis mata, teman saya mengemukakan sebuah insight menarik bagi saya atas kejadian tersebut. Ia menyatakan bahwa dalam sebuah kehidupan seringkali kita harus berhadapan dengan 'ban panas'. Kita harus rela beberapa kali berhenti dan menyiram 'ban panas' tersebut. Mudah saja sebenarnya untuk menyerah dan menurunkan muatan. Namun, satu hal yang patut digarisbawahi: apakah kemudian kita menyelesaikan perjalanan kita?

Supir tersebut dapat saja dengan mudah memindahkan penumpang ke kendaraan lainnya yang memiliki arah tujuan yang sama. Namun jika ia melakukan hal tersebut, ia tidak menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ia tidak mencapai sebuah akhir dalam perjalanannya. Ia menyerah di tengah jalan hanya karena sebuah ban yang panas.

Apa 'ban panas' yang sedang kau alami sekarang? Mulai lelah dengan kehidupanmu? Tugas yang tak kunjung selesai? Tuntutan yang semakin besar? Tanggung jawab - tanggung jawab yang menumpuk untuk diselesaikan? Masalah relasi yang tak kunjung usai?

Jangan lupakan satu hal: turunlah dan siram ban panasmu.

Mungkin butuh waktu yang lebih lama untuk tiba di tempat tujuan. Mungkin butuh usaha yang ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun satu hal yang pasti, kau menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Kau menyentuh garis finish dan usahamu tak pernah sia-sia.

Even in the worst condition, there's always a way to catch up the finish line.

All you have to do is just stop. Stabilize your hot tires. And move again.

Maybe need more time to reach the goal, but one thing you need to realize: you've done your job when there's opportunity to give up.

Selesaikan perjalananmu. Dan kau akan membuat sebuah kisah baru dalam sebuah panggung kehidupan.