Sebuah tulisan untuk memperingati hari jadi Psikologi ke 20. Sebuah tulisan untuk duapuluhpsikologi.wordpress.com.
A wise man said that God has a million ways to create some happiness in our life, even in the smallest way that we can realize. I am not a wise man, but deep in my heart, I believe…
Sebuah hal kecil
yang membuat saya bahagia adalah pita ungu. Apa istimewanya sebuah pita ungu?
Mari saya jelaskan.
Saya adalah seorang
biasa yang lulus dari sekolah biasa. Saya bukan seorang lulusan dengan nilai
terbaik, bahkan saya tidak menyandang gelar apapun saat masuk ke jenjang
kuliah. Bagaimana tidak, bahkan organisasi sekolah pun enggan saya geluti
karena merasa tak ada faedahnya buat saya.
Saya benar-benar
bukan siapa-siapa.
Psikologi Atma Jaya
menjadi tempat persinggahan saya selanjutnya. Bermodal nekat menjalani psikotes
gelombang pertama menghasilkan kejutan bagi saya: saya gagal. Tidak tertera
nama saya di papan pengumungan penerimaan mahasiswa baru gelombang pertama. Ya,
nama saya tidak ada. Saya gagal. Saya tidak diterima. Psikologi Atma Jaya
menolak saya.
Tidak ada
penjelasan. Tidak ada pemberitahuan. Harapan saya hampir kandas ketika itu.
Apakah seorang biasa memang tak bisa berada di tempat luar biasa? Tempat dimana
banyak orang bercerita mengenai betapa istimewanya berada di kalangan fakultas
tenar di Atma Jaya. Saya benar-benar hampir putus asa.
Namun beruntung bagi
saya karena di kesempatan kedua saya melihat nama saya tertera di papan
pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Saya berhasil diterima. Nama saya menjadi
bagian dalam keluarga besar psikologi Atma Jaya . Ya, fakultas Psikologi Unika
Atma Jaya. Saya memang tak ingat apa yang saya lakukan untuk mengekspresikan
rasa gembira saya, namun jelas saya tak bisa lupa rasa bahagianya. Rasa yang
saya rasakan hingga sekarang.
Psikologi itu
identik dengan warna ungu. Awalnya menjijikan bagi saya mengetahui hal
tersebut. Isu beredar bahwa ungu bukanlah warna idaman. Ungu itu warna janda.
Warna yang tidak menarik perhatian sama sekali. Warna yang menjadi bahan cemooh
banyak orang. Betapa malunya saya ketika ternyata selama masa bimbingan di
psikologi, saya diharuskan mengikat sebuah pita ungu di tangan saya yang
membuktikan saya adalah mahasiswa baru dalam keluarga psikologi.
Saya bukan janda!
Saya juga tidak menjalin hubungan dengan seorang janda. Ibu saya bukan janda.
Mengapa harus pita ungu yang terikat di tangan saya setiap harinya? Memalukan.
Sebisa mungkin saya menyembunyikan tangan saya yang terikat pita ungu. Saya tak
mau dianggap janda. Saya tak mau membanggakan hal yang memalukan.
Butuh waktu satu
tahun untuk merubah paradigma itu. Memutarbalikkan fakta bahwa tak ada warna
janda. Ungu punya representasi artinya sendiri. Ungu itu artinya setia.
Satu-satunya warna yang merepresentasikan kesetiaan. Warna yang menunjukkan
sebuah ikatan kebersamaan. Setia.
Malu rasanya sempat
berada pada pemahaman yang salah akan sebuah warna. Hingga sekarang, saya
menyadari satu hal bahwa kebahagiaan saya sebenarnya dimulai ketika saya
mengikatkan tangan saya dengan sebuah pita ungu. Saat dimana saya berada di
jenjang awal dunia baru di kehidupan saya. Psikologi, yang hingga kini menjadi
pijakan yang tak pernah saya sesali. Dengan segala cerita selama empat setengah
tahun, saya merasa puas mengikatkan diri pada kesetiaan yang membuat saya
belajar.
Satu fase kehidupan
kembali dijejaki. Cerita-cerita yang berjalan bersama, kembali saya pelajari.
Hingga kini saya tak lagi menyesal dan malu akan pita ungu yang terikat di
tangan saya. Bagi saya makna yang terkandung di dalamnya amat kuat. Sebuah
kesetiaan yang terbukti dari kebersamaan. Sebuah trademark
yang selalu kami junjung tinggi, bahwa psikologi
gak pernah misah-misah.
Ya, hingga kini
kebahagiaan itu masih terpancar di sebuah pita ungu yang masih terikat ini.
Bukan lagi di tangan, tetapi di hati. Saya bangga pernah berada di keluarga
besar yang mengajarkan saya mengenai kesetiaan ini. Selamat ulang tahun
Psikologi. Kesetiaanmu akan selalu ada dan teruji bagi kami. Terus sinari warna
ungu-mu tanpa malu, dan teruslah setia.
Always be a little happiness for us.
No comments:
Post a Comment