Ini
adalah kali kedua saya tertegun di tengah fajar merenungkan makna dari sebuah
kehidupan. Film berjudul “Tuesday With
Morrie” membawa pertanyaan penting yang hampir saya lupakan hari-hari ini:
Bagaimana kita mencintai sebuah kehidupan?
Tidak
lagi tersisa rasa kantuk malam ini. Morrie berhasil membius saya untuk kedua
kalinya untuk merenungkan apa yang telah saya perbuat selama ini. Sekitar
setahun yang lalu, secara tidak sengaja saya memutar film ini dalam laptop
saya. File film ini telah lama berada dalam harddisk internal laptop saya, namun saya belum
menemukan waktu yang tepat untuk dapat menontonnya. Sebuah kebetulan memanggil
saya untuk memutar film tersebut. Film yang membuat mata saya nanar dalam
sebuah keajaiban cerita. Bukan. Itu bukan cerita. Film itu mengisahkan tentang
kehidupan.
Sekitar
empat tahun yang lalu, saya membeli sebuah buku dengan tagline yang cukup memikat keingintahuan saya untuk membaca.
Tulisannya begini, “Selasa Bersama Morrie: Pelajaran Tentang Makna Hidup.”
Sebuah cerita non-novel. Bukan pula mengenai fiksi. Buku itu berisi makalah.
Makalah tentang pelajaran kehidupan. Tepat seperti tertuang dalam alunan gambar
cerita yang saya tonton di laptop saya.
Morrie
adalah seorang professor pengajar yang tanpa diketahuinya, mengidap sebuah
penyakit langka yang tidak ada obatnya hingga sekarang, Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), sebuah penyakit yang tak kenal
ampun, yang menyerang sistem saraf, yang menggerogoti penderitanya hingga
lumpuh perlahan sampai akhirnya meninggal. Belum ada dokter maupun penguji yang
berhasil menemukan obat penyakit ini. Berapa lama waktunya tertinggal? Tidak
ada yang tahu. Nyawa Morrie bisa terenggut kapan saja. Ya, kapan saja
tergantung pada kecepatan penyakit itu memakan habis saraf dalam tubuh Morrie.
“Once you learn how to die, you learn how to live.”
Sepatah kata Morrie
yang menjadi alasan mengapa penulis buku tersebut, Mitch Albom menyelesaikan
makalah akhirnya yang disusun dari percakapan setiap selasa dengan professornya
tersebut. Setiap hari selasa Mitch mendatangi sang professor yang kemudian
membawa mereka kepada pembicaraan penuh dengan makna kehidupan. Mitch
menganggap hal tersebut sebagai sesi kuliah baginya.
Dengan
caranya sendiri Morrie juga memberi sesi kuliah pada saya. Masih dengan tema
yang sama, makna kehidupan. Kita bisa belajar banyak hal tentang kehidupan dari
semua hal, bukan? Bagi saya pemutaran film ini adalah dua SKS yang saya
pelajari dari Morrie. Ia tidak mengajar hal lain kepada saya selain tentang kehidupan.
Itu topik favoritnya. Dan saya dibuat tak bisa tidur memikirkan tentang materi
yang telah ia bawakan.
Satu
tahun berselang, saya kembali tertegun setelah mendengar kuliah kehidupan yang
Morrie bawakan. Topik yang ia pilih sama, materi yang dibawakan pun sama.
Durasi kuliahnya juga tidak berbeda dari setahun kemarin. Morrie kembali
berhasil membawa saya pada pemikiran tentang kehidupan. Keluarga, cinta, rasa
takut, harapan, hidup, kematian. Sebuah kebetulan membawa saya satu tahap lebih
dalam mengenai makna keberadaan saya di sini.
“Tuesday With Morrie” memberi inspirasi
bagi saya untuk menggali makna hidup sedikit lebih dalam dari yang sebagaimana
saya lakukan biasanya. Begitu banyak materi kuliah Morrie yang bisa saya
terapkan dan gali lebih dalam di hari-hari kehidupan saya. Morrie membuat saya
belajar bahwa pelajaran tentang kehidupan tidak hanya didapat ketika umurmu
mendekati kematian. Pelajaran tentang kehidupan tersebar di hari-hari kita,
bahkan di kejadian yang paling sederhana sekalipun, kita bisa belajar tentang
kehidupan. Hanya ketika kita bisa mengerti tentang makna hiduplah, kita bisa
merasa hidup.
Ini
adalah project pertama di blog baru saya: #SepenggalSelasa. “Kita
ini manusia selasa” kata Morrie, dan saya setuju. Jika pernah ada sebuah
pengalaman hebat, sebuah pelajaran tentang kehidupan, yang diceritakan pada
hari selasa, mengapa saya harus mencari hal yang berbeda? Saya akan menulis
pengalaman serta pemaknaan terhadap kehidupan dalam #SepenggalSelasa, yang akan
saya bawakan setiap hari selasa.
Saya
belum sepintar ataupun sebijak Anda, coach
Morrie. Namun, semua hal ini adalah hasil inspirasi dari Anda, kebijaksaan
serta ketekunan Anda dalam menggali kehidupan. Semoga tulisan demi tulisan saya
dapat membawa setiap orang menjadi lebih baik, seperti yang pernah Anda lakukan
terhadap saya secara tidak langsung.
Thanks, Coach.
No comments:
Post a Comment