Friday, February 24, 2012

Cerita tentang sahabat...

Dunia kampus mempertemukan saya dengan orang-orang yang luar biasa. Tak sedikit dari mereka menginspirasi saya untuk belajar bersikap dan berubah. Tak sedikit juga yang membawa saya pada passion yang luar biasa. Setiap semangat, keringat, dan tetesan air mata pernah saya tumpahkan dalam dunia kampus saya. Satu hal yang dipercaya untuk melihat semuanya itu, namanya sahabat.
Tiga tahun yang lalu, takdir mempertemukan @zeindy87, @sulistiawijaya, dan saya dalam sebuah organisasi diskusi di universitas. Kesamaan pemikiran dan cara bercanda membuat kami semakin dekat satu dengan yang lain. Cerita demi cerita mengalir begitu saja ketika kami jalan bersama. Satu tahun kemudian, kembali takdir membawa @juvitatakbertwitter ke hadapan kami. Perlahan namun pasti kami terlibat dalam banyak perbincangan satu dengan yang lain. Dan kami merasa saling mendekat.
Tidak ada penggagas. Tidak ada janji pertemuan. Tidak ada deklarasi. Kami hanya merasa nyaman satu dengan yang lain. Ya, kami menyebut setiap kami teman yang sangat dekat. Kadang, kami berpelukan sebagai sahabat. Entah apa namanya, kami tak pernah memikirkannya. Tak pernah ada tanda tangan materai sebagai teman atau sahabat. Kami dekat karena kami ingin. Tak ada hal lain.
Walau banyak yang ingin diceritakan, kenyataannya ialah kami sangat jarang bisa berkumpul bersama dalam satu waktu. Masing-masing kami sibuk dengan hal-hal pribadi. Skripsi, tugas kuliah, ujian, pekerjaan, acara lepas di luar, dan segudang hal lain memaksa kami untuk mengurungkan niat untuk berkumpul bersama terlalu sering. Dan kami paham akan hal itu. Kami tahu tak banyak pertemuan bersama yang bisa kami rencanakan.
Kemarin adalah pertemuan kedua kami. Ya, pertemuan kedua kami melakukan quality time bersama berempat. Pertama kalinya sekitar dua tahun yang lalu dalam sebuah restoran fast food di daerah Sudirman. Ini adalah kali kedua setelah dua tahun itu. Memang sejarang itu kami bertemu bersama tapi tak pudarkan keceriaan kami akan hangatnya kebersamaan.
Kemarin @sulistiawijaya merayakan hari jadinya ke-22. Kami ada bersama untuk merayakan keceriaan. Merayakan sebuah kebersamaan yang terjalin cukup lama. Berempat kami habiskan tawa dan senyuman tanpa sadar bahwa waktu harus memisahkan. Tak ada acara mewah, tak disiapkan pula kejutan besar, tak ada kue tart. Kami hanya duduk bersama dan saling bercerita.
Selang waktu berlalu, saya memikirkan satu hal: mengapa kami masih bisa menyayangi sebegitu dalamnya walaupun jarang kami bersama?
Saya menemukan definisi sahabat kemarin, bahwa sahabat bukan tentang seberapa banyak waktu yang kau habiskan bersama dengan mereka. Bukan pula tentang seberapa lama kalian telah saling mengenal. Bukan semata-mata interaksi setiap hari yang kau lakukan dengan mereka. Sahabat adalah ketika kau percaya bahwa ia selalu sayang dan ada walaupun jarang dipersatukan dengan kebersamaan. Sahabat tidak ditentukan dari banyaknya pertemuan, tapi dari besarnya kepercayaan antara satu dengan yang lain.
Saya bersyukur memiliki mereka: @sulistiawijaya @zeindy87 @juvitatakbertwitter… Tiga dari sekian banyak teman yang saya anggap sahabat. Seorang yang mengisi hidup saya. Orang yang memberikan makna lebih atas keberadaan saya.

“Friend are like stars. You don’t see them all the time, but you know they are there all the time...”


(baiklah,,kami akui,, kami sipit...)

No comments:

Post a Comment