Saturday, March 15, 2014

Jangan Buka Usaha!

Beberapa kali saya terlibat diskusi dengan teman-teman yang punya keinginan untuk membuka usahanya sendiri. Mulai dari melanjutkan sistem franchise yang ada, memulai online shop, hingga ide membuat toko atau restaurant sendiri dengan menjual produk yang dibuatnya sendiri.

Namun, hampir semua teman tersebut berakhir kembali di belakang meja kerja dan mengatakan, "belum terkumpul modalnya". Sebuah alasan yang klasik yang membuat begitu banyak orang pada akhirnya tidak memulai.

Tidak ada modal

Baiklah saya mengaku. Salah satu orang yang pernah mengungkapkan itu adalah saya. Saya menunda untuk membuka usaha karena modal yang terlihat belum mencukupi ekspektasi saya. Saya memilih untuk mengurunkan angan saya untuk membuka cepat sebuah usaha.

Namun memang benar kata pepatah bahwa orang bebal tak akan pernah jalan kemana-mana. Dan saya memilih untuk tidak menjadi orang bebal. Saya memilih untuk menambah wawasan saya untuk belajar dari para pakar. Program T100 dari UCEO (Universitas Ciputra Entrepreneur Online) membawa saya belajar dari pakar tersebut, dan saya belajar bahwa modal materi adalah prioritas ke-sekian dalam sebuah pembangunan usaha.

Kalau yang dipikirkan hanyalah tidak ada modal uang, jangan buka usaha!

Kata-kata itu menjadi kesimpulan saya setelah mendengar para orang sukses yang telah berhasil di dunia usaha. Bahkan orang sukses yang telah berhasil bertahun-tahun di dunia usahapun menilai bahwa uang bukanlah modal utama. Betul kita memerlukan uang sebagai modal kita untuk menjalankan sebuah usaha, namun jika itu dianggap menjadi satu-satunya hal utama dan terpenting, kita telah meleset menilai mengenai sebuah pembangunan usaha.

Mana yang kita pilih:
1. Membuat sebuah konsep bisnis yang bagus dan besar kemudian baru mencari hal-hal yang dapat mewujudkan hal itu,

atau

2. Kita lihat apa yang kita punya dan kemudian berpikir bisnis apa yang bisa kita ciptakan dan kembangankan dengan apa yang telah kita punya?


2 pilihan

Orang yang kebanyakan berakhir di belakang meja kerja dan mengatakan bahwa 'belum ada modalnya' pasti karena memilih pilihan pertama. Mereka (termasuk saya dulunya) masih menganggap bahwa modal harus mengikuti ide yang saya buat. Padahal menurut para pakar, tidak seperti itu.

Ada 3 pertanyaan yang perlu kita refleksikan sebagai 'modal' yang sudah pasti kita semua punya:
1. Siapa saya?
Pertanyaan ini akan membuka banyak sekali hal terhadap bisnis yang akan kita mulai. Pertanyaan 'siapa kita' termasuk di dalamnya bidang apa yang saya suka, saya lulusan mana, apa hobi dan passion saya, peran apa yang sedang saya jalankan sekarang. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan mendasar yang perlu kita tahu jelas sebelum menjalankan sebuah usaha yang kita jalankan sendiri.

2. Apa yang bisa saya lakukan?
Pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang paling menuntut banyak waktu menurut saya, karena membutuhkan penggalian kedalam diri sendiri yang terkadang menjadi tempat yang paling jarang kita tanyai sepanjang hidup kita. Namun pertanyaan ini akan menuntun kita pada jenis usaha yang memang akan menjadi trademark kita, karena hal itu sangat merepresentasikan siapa diri kita.
'Apa yang bisa saya lakukan' mencakup hal apa yang paling mampu kita lakukan, aktifitas yang paling saya suka, hal yang bisa saya tawarkan pada orang lain, ketrampilan yang dapat mendukung usaha saya kedepannya.

3. Siapa yang saya kenal?
Ini merupakan pertanyaan yang penting untuk kita pikirkan secara mendalam, karena semua orang sukses pasti berjalan bersama-sama dengan relasinya. Tidak pernah ada orang dalam sejarah yang sukses karena kemampuannya sendiri.
'Siapa yang saya kenal' mencakup siapa saja yang memungkinkan membantu saya untuk mewujudkan usaha saya. Siapa yang mampu melengkapi kekurangan saya di satu aspek sehingga usaha yang dibangun dapat berjalan dengan lebih mulus.

Ketiga hal inilah yang saya pelajari dari para pakar usaha mengenai modal. Dan seluruh orang sukses di bidang bisnis apapun mengerti mengenai 3 hal ini.

Sebagai seorang pemula, saya belajar untuk mengatur hal-hal atau sumber-sumber yang ada di dalam diri saya terlebih dahulu sebelum saya mengatur sumber-sumber yang ada di luar. Dan saya belajar untuk memulai menggali modal yang seyogyanya ada di dalam saya.

We don't need to be great to start. But we need to start to be great.

4 comments:

  1. Apa yang bapak tulis, sangat mirip dg apa yang saya rasakan. Mimpi ingin membuka lapangan kerja buat diri sendiri selalu terkurung krn paradigma modal. Ujung2 nya selalu kembali pada belakang meja. Tahun demi tahun modal tak kunjung terkumpul, keberanian menurun, mental karyawan semakin mengakar. Ketakutan2 semakin banyak.

    ReplyDelete
  2. Dear Ibu Fera, hampir semua orang yang ingin memulai bisnis pernah melewati pemikiran ini. Saya pribadi cukup lama berputar di pemikiran ini. Namun, sekarang saya pelan-pelan membangun usaha percetakan dan biro jasa konsultasi saya sendiri. Beruntung dapat merefleksikan siapa saya, apa yang bisa saya lakukan, dan siapa yang saya kenal karena dari sanalah saya kemudian dapat melihat kesempatan-kesempatan yang sebenarnya terbuka lebar. :)

    ReplyDelete
  3. Halo Kak Franky, saya Tiffany dari UCEO.
    Kami tertarik dengan tulisan di blog anda, bisakah anda kirim biodata anda kepada kami melalui email ke contact@ciputra.uceo.com
    Terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf baru bisa saya balas.
      Sudah saya kirimkan emailnya ya.. :)

      Delete